TNI AL akan Diperkuat Dengan 4 Drone Buatan Amerika

Indonesia tengah menanti kehadiran 4 UAV ScanEagle hibah dari pemerintah Amerika Serikat berita ini didapat setelah situs pertahanan HIS Jane’s memuat dalam artikelnya. Dikatakan dalam artikel tersebut seorang sumber dari pemerintah AS menyatakan pada 23 Februari lalu bahwa Indonesia akan mendapatkan 4 Unmanned Aerial Vehicle atau UAV jenis ScanEagle yang nantinya akan dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut Indonesia. Selain UAV pemerintah AS juga telah menyiapkan system UAV dan peralatan peluncurnya.
Hibah ini merupakan bagian dari program pengembangan kapasitas angkatan laut untuk asia tenggara yang dikenal dengan nama Maritime Security Initiative (MSI). MSI merupakan inisiatif dari pemerintah Amerika Serikat yang diumumkan pertamakali  pada tahun 2015 di forum Shangri La dialogue di Singapura, hal itu tersebut disampaikan oleh sekretaris kementerian pertahanan Amerika, Ashton Carter.

UAV ScanEagle
Inisiatif ini berupaya meningkatkan kemampuan maritime Negara-negara mitra di kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Khusus untuk Indonesia MSI berupaya meningkatkan kemampuan patrol maritime, integrasi ISR, dan pelatihan pemeliharaan peralatan. Tujuannya untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk melindungi kawasan maritim dan sumber daya ekonomi dan berkontribusi terhadap keamanan dan stabilitas regional.

UAV ScanEagle memiliki payload untuk berbagai jenis sensor seperti pencitraan elektro-optik, sensor infra merah gelombang panjang, dan radar X-band. Sedangfkan sensor mana yang akan diberikan pihak AS ke Indonesia tidak disebutkan.

UAV Insitu ScanEagle merupakan drone pengintai kecil buatan pabrikan Insitu anak perusahaan Boeing, pesawat ini memiliki bobot 20 kg, dapat terbang selama 15 jam, dengan ketinggian maksimum 16.000 kaki dengan kecepatan 60 mil/jam. Pesawat ini diterbangkan dengan system Catapult atau menggunakan peluncur sebagai platformnya, ScanEagle tidak dapat terdeteksi oleh radar, kemudian suaranya hamper tidak terdengar. Pesawat ini terbang dengan dipandu dengan system GPS dan dilengkapi dengan kamera dan sensor infa-red.

4 Drone Buatan China Siap Dioperasikan TNI

Pemerintah indonesia dikabarkan telah mengakuisisi 4 pesawat tanpa awak jenis medium altitude (MALE), UAV atau Unmanned Aerial Vehicle tersebut berasal dari China atau lebih tepatnya adalah Win Loong I, yang diproduksi oleh perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan Aviation Industry Corporation of China (AVIC).

Berita ini muncul setelah sebuah situs pertahanan ternama dunia HIS Jane’s melaporkan bahwa pemerintah Indonesia telah menandatangani kontrak pembelian senjata pada 2017 lalu, nantinya UAV ini akan dioperasikan oleh TNI Angkatan Udara ditempatkan di Skuadron 51 berbasis di Pontianak Kalimantan Barat.
Win Loong I

Win Loong I memiliki panjang 8,7 m, tinggi 2,8 m, serta rentang sayap sepanjang 14 meter selain itu drone ini juga dapat membawa muatan seberat 200 kg. win loong di dukung dengan mesin piston tunggal dan dapat terbang dengan ketinggian maksimum 7500 m, dengan jangkauan maksimum 200km, dengan ketahanan terbang mencapai 20 jam, drone ini bisa dioperasikan dalam misi pengintaian dan pencarian. 

Dikutip dari Wikipedia Selain Indonesia telah ada beberapa Negara yang telah mengoperasikan Win Loong I diantaranya Mesir, Arab Saudi, Nigeria, Uni emirat Arab, dll.

Pesawat Siluman Rusia Pesaing F-22 ditempatkan di Suriah

Beredar sebuah gambar yang menunjukkan 2 pesawat tempur generasi kelima yang memiliki mode siluman milik Rusia terbang di langit Suriah. Pesawat yang diidentifikasi sebagai Sukhoi 57 atau SU-57 PAK-FA itu tertangkap kamera sedang terbang wilayah udara Suriah. Diperkirakan pesawat tersebut ditempatkan di pangkalan Khmemeim, Suriah. Namun pihak Rusia belum mengkonfirmasi kehadiran pesawat pejuang generasi ke-5 nya.

Satelit mata-mata Israel membeberkan bukti adanya gambar yang menunjukkan dua pesawat SU-57 PAK-FA di parkir di pangkalan Khememein di Provinsi Latakia Suriah berdampingan dengan Su-30, hal ini sekaligus mengkonfirmasi kahadiran pesawat siluman milik Rusia tersebut, Foto yang diambil pada 24 februari kemarin dan dipublikasikan melalui twitter.
Gambar satelit menunjukan
Keberadaan su-57

Penempatan pesawat tercanggih milik Rusia yang ditempatkan di zona perang tersebut mengindikasikan pihak Rusia ingin lebih memperkuat posisinya di Suriah, sehingga diperlukan pengerahan asset  terbaik untuk ditempatkan disana. Walaupun sebenarnya pihak Amerika yang berseberangan dalam masalah Suriah sudah lebih dulu menempatkan pesawat F-22 Raptornya terlebih dahulu di suriah, namun patut digarisbawahi jika F-22 Raptor merupakan asset “barang jadi” dan secara regular sudah masuk layanan militer siap operasioal.

Berbeda dengan SU-57 PAK-FA masih dalam fase pengembangan manufaktur teknik ( Engineering manufacturing development/EMD) dan masih butuh penyempurnaan, diindikasikan pihak Rusia sengaja men deploy SU-57 yang masih dalam tahap pengembangan kedalam kancah pertempuran Suriah tujuannya adalah untuk mengumpulkan data serta pengalaman untuk memperoleh konfigurasi di medan pertempuran sebenarnya sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan kekurangan dari SU-57, atau dengan kata lain pengujian dalam perang sebenarnya.
Menarik untuk diikuti bagaimana perkembangan di Suriah setelah penempatan SU-57 PAK-FA di Suriah sebagaimana telah diketahui bahwa pihak AS sudah lebih dulu menempatkan F-22 Raptor. Bagaimana jadinya jika kedua pesawat generasi kelima tersebut saling berpapasan di langit Suriah patut di ikuti perkembangannya.

SU-57 terbang perdana pada 2010 lalu namun hingga saat ini belum masuk layanan militer secara regular, dikabarkan SU-57 akan masuk masuk layanan angkatan udara Rusia pada 2019 dengan pengiriman 2 unit SU-57 sebagai bagian batch pertama dan itu akan dimulai pada 2019.

Drone Buatan China CH-4 di Irak Mencapai Tingkat Keberhasilan Operasi 100 persen

Baru-baru ini militer Irak mempublikasikan video dan gambar dimana pada publiksi itu menunjukkan pengoperasian Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV) atau pesawat serang tanpa awak. Militer irak mengoperasikan UCAV buatan China, diketahui sebagai CH-4 atau disebut juga Caihong-4. Dengan publikasi ini menandai bahwa militer Irak secara resmi telah memasukan CH-4 masuk layanan militer Negara yang sedang berjuang memberantas kelompok teroris dari Negara Islam Irak dan Suriah tersebut.

Control Room
Video itu dirilis oleh kementerian pertahanan Irak, pada 12 februari 2018 dalam video tersebut kementerian pertahanan Irak mengklaim keberhasilan misi operasi CH-4 dalam layanan militer Irak, dalam keterangannya CH-4 telah mengeksekusi sebagian besar sasaran di kawasan barat laut Negara tersebut. Setidaknya terdapat 260 misi penyerangan yang telah dilakukan CH-4 untuk menghancurkan target teroris ISIS dengan tingkat keberhasilan operasi  mendekati 100 persen.

Dalam publikasi tersebut setidaknya terdapat 5 pesawat tanpa awak yang tertangkap kamera, dalam rekaman video berdurasi 2:47 detik tersebut juga memperlihatkan penghancuran target-target didarat serta ruang kendali CH-4 sebagai command center dari CH-4.

CH-4
CH-4 adalah pesawat serang tanpa awak buatan China UCAV yang diproduksi oleh China Aerospace Long March International ini mirip dengan UCAV kepunyaan Amerika Serikat buatan perusahaan American General Atomic yaitu MQ-9 Reaper. CH-4 memiliki fixed wing, UCAV ini dapat membawa rudal dan dapat ditembakkan dari udara ke darat dengan ketinggian 5 km. pesawat tanpa awak ini dirancang untuk misi pengintaian sekaligus penghancuran target dengan rudal pandu serta memiliki katahanan terbang selama 40 jam, dapat membawa muatan seberat 761 pound dengan tentengan 2 rudal seperti AR-1/HJ-10 anti tank setara dengan AGM 114 Hellfire buatan Lockhed Martin dan 2 bom yang dipandu GPS FT-9. Pesawat tanpa awak ini pertama kali muncul pada 2013. Dan ditampilkan untuk pertama kalinya dalam pagelaran China Airshow pada bulan November 2014.

Memiliki rentang sayap 20 meter, dengan kecepatan maksimum 130 mil per jam, kemudian radius jangkauan terbang 155 mil.
Irak memesan CH-4 pada 2014, dan dating pada tahun itu juga.

Spesifikasi CH-4
Sayap: 10 meter
Berat: 1,260 kg
Kecepatan: 180 km/jam maksimum
Ketinggian 5000 m/ 5km
Ketahanan: 40 jam,
Payload: 115 kg