Serangan Binatang Paling Mematikan di Perang Dunia II



Perang dunia II, menjadi salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah yang pada akhir perang 50 juta manusia mati karena perang. Namun taukah kalian, bahwa dalam konflik ini bukan hanya manusia yang ambil bagian didalamnya, alam ikut menunjukkan kengeriannya setidaknya tercatat ada 2 kisah yang membuktikan klaim tulisan ini.

Battle of Ramree (Pembantaian Tentara Jepang oleh Buaya di Rawa Burma)

Selama perang dunia kedua pulau Ramree yang terdapat di lepas pantai Burma (Myanmar) di kuasai tentara jepang sejak 1942. Pada 26 januari 1945 bagian dari pasukan persemakmuran Inggris dari korp XV India mendarat di pulau Ramree untuk membangun pangkalan udara, namun mereka terlebih dahulu harus menghadapi tentara Jepang yang masih bertahan di pulau Ramree.

Diperkirakan terdapat 1000 tentara Jepang yang masih bertahan di pulau ini. Garnisun Jepang di Ramree diisi oleh resimen Infanteri ke-121, bagian dari Divisi ke-54 Jepang. Komandan resimen dijabat oleh Kolonel Kanichi Nagazawa. Bertempur sengit dengan pasukan inggris jepang terdesak lalu sekitar 1000 pasukan Jepang mundur melalui rawa mangrove yang panjangnya 16km yang kemudaia rawa di kepung oleh pasukan Inggris. Tentara Jepang harus menghadapi sengatan serangga beracun, nyamuk malaria, dan ular rawa namun ini hanyalah awal dari bencana bagi pasukan jepang.

Sayangnya rawa itu merupakan rumah bagi reptil ganas yaitu buaya air asin atau muara yang bisa memiliki bobot hingga 200kg, panjang 3meter. Lalu terjadilah serangan buaya terhadap ratusan tentara kekaisaran Jepang, buaya menyerang tanpa ampun dan teriakan kesakitan, disertai suara tembakan bedil menambah seram situasi tersebut. Beberapa tentara Inggris, termasuk naturalis Bruce Stanley Wright yang berpartisipasi dalam pertempuran tersebut, mengklaim populasi besar buaya air asin asli rawa bakau di Pulau Ramree yang  memangsa pasukan Jepang yang terperangkap pada malam hari dan memakan banyak tentara. Wright memberikan deskripsi di Wildlife Sketches Near and Far (1962), yang dikutip oleh Frank McLynn,

‘Malam itu adalah yang paling mengerikan dari anggota M.L. [Marine launch] yang  pernah dialami. Buaya, yang siaga karena peperangan dan bau darah, berkumpul di antara hutan bakau, terbaring dengan mata di atas air, dengan waspada waspada untuk makanan mereka selanjutnya. Dengan pasang surut air, buaya-buaya itu bergerak ke arah orang-orang yang tewas, terluka, dan tidak terluka yang terperosok dalam lumpur. "
Dari 1000 tentara yang masuk ke dalam rawa hanya 520 yang berhasil keluara rawa dan akhirnya di tangkap pasukan Inggris. Dan sisanya tidak pernah keluar dari rawa tersebut. Peristiwa ini menjadi kisah teraneh sekaligus mengerikan dalam sejarah peperangan.

Tenggelamnya USS Indianapolis (Pembantaian Tentara AS oleh Hiu)

Pada 29 juli 1945 sebuah kapal penjelajah berat yang dipimpin oleh Capt. Charles B. Mc. Vey milik Amerika melakukan pelayaran dari Guam menuju teluk Leyte di Filipina berdasarkan perintah pimpinan armada angkatan laut amerika dalam mendukung invasi jenderal Mc, Arthur di Filipina. Padahal sebelumnya kapal ini baru selesai menyelesaikan misi rahasia membawa inti bom atom uranium-235 (U-235) untuk dirakit menjadi bom atom little boy yang kemudian hari dijatuhkan di kota Hiroshima.

Capt. Charles meminta pengawalan untuk kapalnya namun pimpinan armada menjamin jalur yang di lalui telah aman dari musuh. Maka berlayarlah USS Indianapolis tanpa pengawalan namun sebuah kapal selam masih tersisa kapal selam I-58 milik jepang yang berpatroli di timur perairan Filipina melihat USS Indianapolis yang berlayar tanpa pengawalan.
                                                                                               
Setelah membayangi cukup lama I-58 mencari posisi yang tepat untuk melancarkan serangan pada 30 juli dini hari I-58 melepaskan 6 torpedo ke arah USS Indianapolis yang mengangkut 1.200 pelaut. 2 terpedo berhasil mengenai lambung kapal 850 orang berhasil terjun kelaut sisanya tenggelam bersama kapal ini, yang kemudian kejadian ini dianggap sebagai karma atas perannya yang ikut merakit bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima.

Namun kesialan belum berhenti sampai disitu karena di air banyak darah dan itu mengundang hiu untuk datang mendekat dan menyerang pelaut yang terombang ambing di lautan. Air laut seketika berubah warna menjadi merah darah semakin banyak mengundang hiu lain. Teriakan kesakitan dan rintihan mulai terdengar dari mulut para pelaut, keadaan setidaknya selam 2 hari sisa pasukan ini harus menghadapi teror dari kawanan hiu ganas dan mereka mencoba bertahan. Pada tanggal 2 Agustus sebuah pesawat catalina yang melintas segera melaporkan penemuan para pelaut yang mengapung ke kapal pencari.

Hanya tersisa 317 yang hidup dari 850-an pelaut yang mengapung malam itu.

Kedua kisah diatas menjadi bukti bahwa alam bisa berlaku ganas terhadap manusia. Teror yang sangat menyeramkan dari alam.
 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »