Belum Ada Tanda-Tanda Keberadaan Kapal Selam AL Argentina Yang Hilang

Semenjak dinyatakan hilang pada 15 November lalu, kapal selam milik Angkatan Laut Argentina sampai saat ini masih belum ada tanda-tanda dimana keberadaan kapal selam tersebut. Satu-satunya petunjuk yang dimiliki oleh angkatan laut Argentina adalah lokasi komunikasi terakhir yang  terdeteksi berada di sekitar perairan atlantik selatan. Sebelum menghilang kru kapal selam sempat melaporkan melalui jalur komunikasi bahwa ada kegagalan sistem yang terjadi pada kapal selam tersebut.
Kasel ARA San Juan Yang Hilang


Kapal selam dengan nama ARA San Juan (S-42) sedang mengadakan misi patroli rutin sebelum kemudian hilang di perairan atlantik selatan. Kapal selam tersebut dilaporkan membawa 44 awak, diketahui kapal selam ini hanya mampu bertahan 7-10 hari menyelam dibawah permukaan air dikarenakan pasokan oksigen yang terbatas yang dapat ditampung oleh kapal selam tersebut. Saat ini beberapa Negara ikut bergabung guna membantu Argentina dalam misi pencarian kapal selam tersebut, beberapa Negara yang ikut membantu antara lain Amerika Serikat dengan menurunkan pesawat P-8A Poseidon, Brazil mengerahkan P-3 Orion, Kanada denga pesawat Challenger, dan beberapa Negara tetangga lainnya.

Pihak AL Argentina pada 23 November lalu melalui jurubicaranya kapten Enrique Balbi menyatakan kemungkinan kapal selam tersebut meledak hal ini berdasarkan laporan terdeteksinya ledakan disekitar lokasi kontak terakhir sebelum kapal menghilang, namun pernyataan tersebut belum memiliki bukti yang cukup karena tidak ditemukannya serpihan atau atau puing-puing yang menunjukkan bahwa kapal selam itu mengalami ledakan.

ARA San Juan (S-42) adalah kapal selam buatan Jerman yang diproduksi galangan kapal Thyssen Nordseewerke yang mulai dibangun pada tanggal 18 maret 1982 dan diluncurkan setahun berselang tepatnya 20 Juni 1983, kapal selam ini masuk dalam kelas TR-1700 dengan diesel-elektrik sebagai mesin penggerak utama untuk kapal selam tersebut.

Rudal Balistik Korea Utara Terbang Diatas Wilayah Udara Jepang

Pejabat militer Korea Selatan dan Amerika mengatakan bahwa pada hari Jum’at kemarin militer Korea Utara kembali meluncurkan sebuah rudal balistik yang kemudian terbang diatas wilayah teritorial udara Jepang sebelum akhirnya jatuh diperairan Pasifik.

Dikabarkan rudal tersebut diluncurkan dari wilayah Korea Utara di Sunan, Pyongyang. Rudal diketahui meluncur pada pukul 06.57 waktu setempat, rudal tersebut terbang dari arah timur sekitar 2.300 mil dan meluncur melintasi wilayah udara Jepang, hal tersebut dikatakan oleh pejabat militer Korea Selatan.
Peluncuran rudal tersebut dilakukan selang beberapa minggu tapatnya pada akhir Agustus ketika Korea Utara menembakkan rudal balistiknya melintasi wilayah udara Jepang.

Ilustrasi
Sekretaris kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan pada sebuah pidato dalam  tayangan televisi bahwa rudal tersebut terbang pada hari Jum’at terbang diatas Hokkaido, tidak ada laporan tentang benda-benda yang jatuh di wilayah Jepang atau kerusakan lainnya.

Sementara Presiden Amerika, Donald Trump dalam kesempatannya ketika mengunjungi fasilitas militer di Maryland, Pangkalan militer Andrew bahwa Ujicoba rudal Korea Utara menunjukkan Pyongyang telah “sekali lagi menunjukkan penghinaan terhadap Negara tetangganya dan seluruh masyarakat dunia”
Jepang langsung bereaksi terhadap tindakan Korea Utara tersebut dengan melayangkan protes keras,
“kami sebagai sebuah Negara tidak bisa menerima tindakan provokatif berulang kali dari Korea Utara, dan kami telah mengajukan protes keras dan menyampaikan kemarahan yang kuat dari masyarakat Jepangkami menyampaikannya dengan istilah yang paling kuat” kata Suga, Dia menambhakn rudal tersebut mendarat sekitar 2.242 mil di sebelah timur Cape Erimo.

Komando Pasifik Amerika juga telah mengkonfirmasi peluncuran tersebut dan mengatakan bahwa rudal tersebut merupakan rudal balistik jarak menengah.
Korea Utara telah melakukan beberapa kali ujicoba rudal balistik tahun ini yang bertentangan dengan resolusi yang dikeluarkan PBB.

Pertempuran Marawi, 2 Tentara Tewas Akibat Jet Tempur FA-50 Filipina Salah Menjatuhkan Bom


Dua anggota militer Filipina tewas dan 11 lainnya mengalami luka-luka setelah sebuah pesawat jet milik Angkatan Udara militer Filipina secara tidak sengaja menjatuhkan bom terhadap posisi sekelompok pasukan darat Filipina yang sedang melakukan operasi tempur untuk mengusir militan pro-ISIS dari kota Marawi.
Insiden yang terjadi di hari Rabu (12/7) adalah kali kedua serangan udara salah menargetkan musuh justru sebaliknya terjadi “friendly fires” hal ini bisa saja merusak konsentrasi serta kepercayaan pasukan darat militer Filipina terhadap Angkatan udaranya.
Pesawat FA-50 AU Filipina (photos by Tempo.co)

Dua bulan sudah militer Filipina tetap berusaha untuk membersihkan kota Marawi dari para gerombolan bersenjata pro-ISIS walaupun pihak militer mengklaim wilayah yang diduduki oleh para militan hanya sekitar 10% dari wilayah Marawi namun toh begitu, pihak militer belum bisa membebaskan 100% wilayah tersebut.
Pihak militer menyebut serangan udara itu dilakukan pada siang hari menargetkan sebuah bangunan yang diduga dijadikan tempat persembunyian para gerilyawan, namun satu dari empat bom yang dilepaskan oleh pesawat tempur FA-50 jatuh terlalu dekat dengan posisi pasukan darat Filipina.

Juru bicara militer mengatakan pada media “bom itu jatuh di sebuah area dekat dengan bangunan, dimana didalam bangunan tersebut terdapat unit militer darat tinggal disana dan ledakan itu menyebabkan sebagian bangunan itu runtuh, puing-puing yang jatuh dari struktur bangunan menimpa orang-orang kita sehingga menyebabkan dua tentara tewas dan 11 lainnya luka-luka”.

Setelah kejadian tersebut pihak militer Filipina menyatakan untuk menarik pesawat FA-50 dari tugas kampanye udara di wilayah Marawi. Hal ini dilakukan guna membantu penyelidikan penyebab terjadinya “friendly fires” dan menyelidiki mengapa terjadi kegagalan salah satu bom mencapai target.

Hanya pesawat FA-50 yang ditarik namun pesawat jenis lainnya tetap akan digunakan untuk memberikan dukungan udara ke pasukan darat. Dalam pernyataannya Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana menanggapi insiden salah sasaran tersebut “kejadian ini menggambarkan sulitnya menghadapi pertempuran kota dimana pasukan darat beroperasi ditempat yang sempit dan sangat dekat dengan musuh”.

Lorenzana bahkan mengatakan masalah yang dihadapi militer Filipina serupa dengan yang dihadapi negara-negara lain di Mosul, Fallujah, dan Raqqa, merujuk pada pertempuran melawan ISIS di Timur Tengah.
Pertempuran di Marawi telah berlangsung kurang lebih 2 bulan menewaskan 92 tentara dan polisi, 392 gerilyawan dan 45 warga sipil. Pada hari Rabu telah ditemuksan 6 jenazah yang dibunuh oleh pihak militan, jasad tersebut ditemukan di tengah pusat kota, diperkirakan mereka terbunuh pada awal-awal pertempuran, namun jasad mereka urung dievakuasi mengingat masih tingginya intesitas tembakkan dari pihak militan didaerah tersebut.

Pihak militer memperkirakan 100 gerilyawan bersenjata masih mengendalikan sekitar seribu bangunan dan rumah di pusat kota Marawi.

Delapan F-15SG Telah Diterima Singapura Anehnya Terdaftar Dalam Registrasi Sipil


Perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Boeing Company menurut data yang dikeluarkan oleh US Federal Aviation Administration (FAA) atau Administrasi Penerbangan Federal AS, didalam data tersebut menyebutkan bahwa Boeing telah menyelesaikan pengiriman jet tempur F-15SG Eagle ke Singapura.
Website resmi FAA menunjukkan bahwa delapan Pesawat terakhir F-15SG tersebut terdaftar sebagai pesawat sipil namun pendaftarannya telah dibatalkan pada pertengahan bulan Juni alasan pembatalan dan tujuannya terdaftar sebagai Singapura.

F-15 SG Milik RSAF (Photos By Airliner.net)
Pesawat terkhir dari delapan pesawat F-15SG  terdaftar dalam registrasi sipil dengan nomor registrasi FAA N361SG/05-8361, diklasifikasikan sebagai pesawat eksperimental dan dalam rinciannya masuk dalam kategori penelitian dan pengembangan, serta pelatihan awak.

Pesawat ini menjadi satu-satunya dari delapan pesawat yang diklasifikasikan dengan kategori eksperimental, pesawat tersebut diketahui pernah terbang diatas fasilitas Boeing di St. Louis, Missouri hingga september 2016.

Belum diketahui mengapa Singapura mendaftarkan pesawat tempur F-15SG kedalam registrasi sipil, namun FAA mengklasifikasikan  sebagai penelitian dan pengembangan “memasukkan operasi pesawat terbang sebagai masalah penelitian dan menjamin pengembangan lebih lanjut. Penggunaan sertifikat khusus ini mencakup instalasi peralatan baru, teknik operasi, atau pengguna baru untuk pesawat terbang” sementara pelatihan awak untuk pesawat yang digunakan “untuk melatih awak pesawat pemohon terhadap pesawat eksperimental dalam pengoperasian pesawat yang sedang diuji dalam sertifikat jenis program atau untuk flight test.

Kedelapan pesawat f-15SG pertama kali terdaftar dalam registrasi FAA pada pertengahan 2014 oleh Boeing. Kemudian pesawat ini dikirim mulai awal 2016, pesawat pertama terlihat pada bulan april di Detasemen Pelatihan Angkatan Darat Republik Singapura yang berada di Pangkalan Udara Home Muontain, Idaho.

Tidak diketahui mengapa Boeing mendaftarkan F-15SG diman merupakan pesawat tempur militer didaftarkan pada database pesawat sipil FAA seorang sumber mengatakan hal tersebut dikarenakan singapura membeli pesawat tersebut berdasarkan kontrak penjualan komersil langsung dengan Boeing, padahl beberapa paket pesawat tempur F-15SG dan beberapa  negara lain juga melakukan pembelian dengan cara yang sama namun tidak didaftarkan dalam register sipil FAA.

Ketika ditanya seperti itu Boeing menyarankan untuk bertanya pada kementerian pertahanan singapura, namun ketika ditanyakan kepada kementerian pertahanan Singapura, mereka menolak mengkonfirmasi tentang pengiriman jet tersebut dengan alasan keamanan operasional.

70% Pintu Kompartemen Kapal Induk Inggris HMS Queen Elizabeth Mengalami Kerusakan 5 awak Terluka


Kapal induk terbaru milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris HMS Queen Elizabeth dikabarkan mempunyai masalah pada beberapa pintu kedap air yang terpasang didalamya, akibat dari permasalahan itu beberapa awak kapal mengalami cedera.
HMS Queen Elizabeth (Photos By Royal Navy)

Permasalahan terdapat pada mekanisme dan operasi kinerja pintu, permasalahan tersebut menyebabkan setidaknya 5 awak cedera saat kapal induk tersebut sedang melaksanakan uji coba dilautan, setelah sebelumnya meninggalkan galangan kapal Rosyth.

Dikabarkan 70% pintu yang terpasang didalam HMS Queen Elizabeth mengalami kerusakan. Didalam HMS Queen Elizabeth terdapat 650 pintu katup kompartemen  yang terpasang didalamnya.  pihak pembuat kapal induk pun sedang menyelidiki kerusakan yang terjadi.

Menteri Pertahanan Kerajaan Inggris dan pihak pembuat kapal yaitu Thales, BAE System serta galangan kapal Rosyth telah mengkonfirmasi kejadian tersebut dan mengakui adanya kerusakan pada 70% pintu yang ada di HMS Queen Elizabeth.

Diperkirakan kerusakan tersebut akibat kegagalan konstruksi dan pemilihan pintu kompartemen yang tidak tepat.

Jika pintu pada HMS Queen Elizabeth ingin diganti maka dibutuhkan dana yang tidak sedikit serta waktu yang tidak sebentar. Kejadian ini merupakan pukulan telak bagi armada kapal induk kerajaan Inggris dimana beberapa waktu sebelumnya menteri pertahanan inggris dalam sambutannya ketika kapal induk tersebut akan berlayar untuk melaksanakan uji coba laut, Ia mengatakan “masyarakat Rusia akan iri melihat HMS Queen Elizabeth” dan mengejek kapal induk Rusia Admiral Kuznetsov.

HMS Queen Elizabeth memilliki kapasitas muatan 65.000 ton serta menghabiskan dana 3 miliar Poundsterling dalam pembangunannya. Kapal ini dibangun oleh galangan kapal Rosyth bekerjasama dengan Thales dan BAE System. Perusahaan-perusahaan tersebut juga saat ini sedang menyelesaikan pembangunan kapal induk lainnya yaitu HMS Prince of Wales.

Kedua kapal induk Inggris tersebut diproyeksikan untuk mengangkut pesawat canggih generasi kelima yang termutakhir saat ini F-35B Lightning. HMS Queen Elizabeth direncanakan akan masuk layanan militer penuh pada tahun 2020

2 Pos Militer dan 4 Tentara India Tewas Dalam Serangan Tentara Pakistan disepanjang Garis Perbatasan


Pada hari Minggu  (9/7) kemarin Angkatan Darat Pakistan mengeluarkan pernyataan bahwa pasukannya telah menghancurkan dua pos milik tentara Angkatan Darat India disepanjang Jalur Kontrol atau Line of Control (LoC) dan membunuh empat tentara India.

Gambar penyerangan Pos Militer India Oleh Tentara Pakistan (Photos By The Express Tribune)
Penyerangan pos militer India tersebut dilakukan sebagai aksi balasan atas dugaan penembakan yang tidak beralasan oleh pihak India disepanjang garis Line of Control dimana pada aksi penembakan militer India itu menewaskan lima warga sipil Pakistan pada hari Sabtu.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh bagian hubungan kemasyarakatan menjelaskan “pasukan Angkatan Darat Pakistan mengambil tindakan tepat pada 9 juli dan menyebabkan kerugian besar nyawa dan materiil. Dua pos militer India yang telah menembaki warga sipil Pakistan telah dihancurkan dan 4 tentara India tewas terbunuh”.

“tindakan tersebut merupakan upaya untuk melindungi warga sipil dari agresi India yang tidak beralasan” tambahnya. Sementara juru bicara resmi Angkatan Bersenjata pakistan, Mayor Jenderal Asif Ghafoor melalui akun twitternya menginformasikan hal yang sama disertai video tentara Pakistan yang diduga menghancurkan 2 pos milik Angkatan Darat India.

Sehari sebelumnya pada hari sabtu bertepatan dengan peringatan kematian komandan Hizbul Mujahidin Burhan Wani, militer Pakistan mengklaim bahwa Angkatan Darat India diduga menggunakan senjata berat untuk menembak warga sipil diwilayah Kashmir yang diduduki oleh Pakistan. Dalam laporan tersebut setidaknya 5 warga sipil Pakistan termasuk 4 wanita tewas dan sepuluh lainnya mengalami luka-luka.

Line of Control atau Jalur Kontrol adalah garis kontrol militer antara India dan Pakistan dimana garis tersebut membagi kashmir menjadi 2 bagian satu sisi masauk wilayah India dan pada sisi lainnya masuk wilayah Pakistan.

garis kontrol perbatasan kashmir (photos by Wikipedia)
 Garis tersebut sebenarnya tidak diakui sebagi garis perbatasan oleh hukum internasional, namun diakui secara de facto . awalnya garis didesain sebagai jaulur gencatan senjata namun berubah menjadi “garis kontrol” merujuk pada perjanjian Simla ditandatangani pada 3 Juli 1972.

Garis kontrol bagian Indai dikenal sebagai Negara bagian Jammu dan Kashmir sedangkan bagin yang dikuasai Pakistan disebut Azad Jammu dan Kashmir serta Gilgit-Baltistan.

Perang Teluk Persia, Ketika Irak Menyerang Kuwait


Setelah 8 tahun berperang dengan Iran (1980-1988), Irak mulai kembali menata negaranya. Akibat perang 8 tahun Irak memiliki banyak hutang dengan negara lain diantaranya dengan kuwait yang mencapai $30 miliar, oleh karena itu Irak dibawah pimpinan Saddam Hussein pada 1990 Saddam berencana untuk meminta negara-negara di teluk arab untuk memotong produksi minyak mereka kemudian menaikkan harga minyak dunia. Namun negara-negara teluk menolak usulan tersebut, Saddam merasa dikhianati oleh negara-negara arab karena keengganan tersebut.

Kemudian Irak beralih ke Kuwait dan menuduh negara tersebut telah mencuri persediaan minyak disepanjang perbatasan Rumayla, Irak mengerahkan sejumlah pasukan besar ke perbatasan Kuwait. Pada tanggal 2 Agustus 1990 Saddam memerintahkan pasukannya menyerbu wilayah Kuwait  dengan  120.000 pasukan yang terdiri dari 7 divisi didukung dengan ribuan tank memasuki perbatasan Kuwait dan dengan cepat dapat di kuasai kemudian angkatan udara Irak membombardir Kuwait City dihari yang sama. Kekuatan angkatan perang Kuwait tidak bisa membendung laju tentara Irak namun begitu, Pasukan Kuwait dapat memperlambat gerak maju tentara Irak untuk kemudian dimanfaatkan untuk mengungsikan keluarga kerajaan kuwait menuju Arab Saudi.

Tak lama setelah didudukinya wilayah Kuwait Saddam Hussein mengumumkan Kuwait sebagai Provinsi ke-19 dari Irak.

Merespon invasi tersebut PBB mengeluarkan resolusi serta mengecam tindakan Irak, dunia internasional mengutuk dan memulai memberikan sanksi, pemutusan hubungan dagang , hingga embargo terhadap Irak.

Kedatangan Pasukan Koalisi

Pihak Kerajaan dipengasingan dengan segera meminta bantuan kepada Amerika Serikat. Arab Saudi yang juga khawatir wilayahnya akan ikut diserang oleh Irak mengundang Amerika untuk ikut masuk dalam perang tersebut. Pada 3 Agustus 1990 PBB memperingatkan Irak untuk menarik pasukannya dari Kuwait, tiga hari kemudian raja Fahd dari Arab Saudi bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Richard Cheney untuk meminta bantuan AS. Sebelumnya Saddam Hussein begitu percaya diri bahwa negara-negara teluk tidak akan meminta bantuan dari barat untuk masuk ke Timur Tengah. Namun prediksi Saddam Hussein meleset 2/3 dari 21 negara teluk meminta intervensi luar khususnya dari NATO.

Aksi Pasukan Sekutu di Pertempuran (Photos By Wikipedia)
Setelah itu pasukan sekutu yang dipimpin oleh AS mulai menumpukkan kekuatan militernya di beberapa negara teluk. Pesawat dan pasukan darat dikirim ke Mesir, Arab Saudi dan beberapa negara Teluk lainnya.
Sementara di Kuwait, Irak menambah kekuatan pasukannya hingga mencapai 300.000 pasukan, untuk mendapatkan simpati dari masyarakat muslim Saddam menyebut perang tersebut sebagai Jihad, perang suci melawan Koalisi.

16 Januari menjadi awal perang, setelah sebelumnya PBB mengumumkan mengesahkan” semua cara yang diperlukan” untuk melawan Irak jika tidak menarik pasukannya paling lambat 15 Januari dimana pesawat tempur dan bomber pasukan koalisi melakuakn kampanye pemboman lewat udara dengan target instalasi militer terutama fasilitas AU serta senjata anti pesawat dan instalasi sipil Operasi tersebut dikenal sebagai Operasi Desert Storm.

Selama 42 hari kekuatan udara NATO terus menggempur Irak dengan lebih dari 100.000 serangan serta menjatuhkan 88.500 ton bom, operasi tersebut dipimpin oleh Letnan Jenderal USAF Chuck Horner.
Pada pertengahan februari tepatnya tanggal 24 Februari pasukan koalisi meluncurkan operasi darat yang dikenal dengan Operation Desert Sabre yaitu serangan ofensif koalisi dari timur laut arab Saudi ke wilayah kuwait dan selatan Irak dalam waktu 3 hari pasukan koalisi dapat merebut kota Kuwait. Smentara pasukan lapis baja AS maju sejauh 200 km ke irak dari arah barat Kuwait dan menghancurkan pasukan cadangan lapis baja irak dari belakang garis pertahanan Irak.
Pada 27 Februaru pasukan koalisi berhasil menghancurkan sebagian besar unit pasukan Garda Republik Irak yang mencoba membuat pertahanan di al-Ba’rah bagian tenggara Irak.
Sehari setalahnya 28 Februari Presiden G. Bush mengumumkan gencatan senjata, dan perlawanan pasukan Irak telah hancur. Irak akhirnya menyetujui syarat yang diajukan sekutu diantaranya Irak mengakui kedaulatan Kuwait dan menyingkirkan semua senjata pemusnah massal (nuklir, biologi dan kimia). Tidak ada angka resmi mengenai jumlah pasukan Irak yang ikut bertempur namun diperkirakan berjumlah 180.000 sampai 630.000 dimana Irak kehilangan 8.000 sampai 100.000 tentaranya sedangkan di pihak Koalisi kehilangan sekitar 300 tentara.

Serangan Rudal Scud Irak ke Israel

Selama 7 minggu pertempuran setidaknya terdapat 88 rudal scud yang dilepaskan dari Irak. Irak mencoba melakukan tindakan provokasi untuk menarik Israel kedalam Perang, Irak yakin jika Israel ikut dalam perang tersebut maka negara-negara teluk akan menarik diri karena tidak akan ikut berperang bersama Israel.

Warga Sipil Israel Menggunakan Masker Untuk Menghindari Senjata Kimia Irak yang Dibawa Rudal Scud (Photos By Wikipedia)
Presiden Bush kemudain membujuk PM Israel untuk tidak melakukan pembalasan terhadap Irak dan menarik kembali jet tempurnya AS Khawatir jika Israel menyerang Irak negara-negara Arab akan meninggalkan koalisi. 

Sebanyak 74 warga Israel dalam serangan tersebut diduga rudal Scud tersebut mengangkut senjata kimia dikarenakan korban tewas mengalami lemas dan sesak nafas.

Ada kejadian unik dimana 137 pesawat Irak melarikan diri dengan menyeberangi perbatasan Iran dan mendarat disana untuk menghindari pasukan koalisi, 137 pesawat tersebut tidak pernah kembali setelah perang berakhir. Kejadian ini sangat aneh sekaligus konyol karena seblumnya Irak dan Iran terlibat Perang selama 8 tahun dan bakhir 2 tahun sebelum penyerangan Irak atas Kuwait.

Indonesia dan Turki Akan Bekerjasama Dalam Pembuatan Kapal Selam Dan Drone

Indonesia dan Turki mempererat kemitraanya di bidang ekonomi kedua negara. Sebelumnya kedua negara telah menjalin kerjasama di bidang pertahanan dengan meluncurkan Modern Medium Weight Tank (MMWT) Kaplan MT dan secara resmi telan diperkenalkan pada IDEF di turki beberapa waktu lalu kerjasama tersebut terjalin antara PT Pindad perusahaan pertahanan milik negara bekerjasama dengan perusahaan pertahanan asal Turki FNSS.
Jokwi mengajak Erdogan membuat Vlog (photos by Tempo.com)

Yang terbaru adalah penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum Of understanding (MoU) antara PT Dirgantara Indonesia dan Turkish Aerospace Industry akan bekerjasama dalam bidang penerbangan.

Dalam pernyataannya Presiden Jokowi mengatakan “ kami telah sepakat untuk memperluas kemitraan kami dalam pembangunan kapal selam dan drone, untuk kemudian akan ditindak lanjuti oleh tim dari kedua negara” hal itu diungkapkan pada jumpa pers bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istana Kepresidenan Turki, di Ankara pada hari kamis (6/7) lalu.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia dan Turki adalah dua negara dengan potensi besar untuk meningkatkan kerjasama. Oleh karena itu, Jokowi telah berbicara pada Presiden Erdogan tentang kemitraan yang dapat diprioritaskan, seperti kerjasam perdagangan, investasi, pertahanan, energi dan kontra-terorisme.
“kami telah sepakat untuk kembali meningkatkan tren investasi dan perdagangan yang positif, seperti Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) mengurangi atau menghentikan penghalang perdagangan serta menciptakan iklim investasi yang baik” ungkap Jokowi.

Selain masalah bilateral kedua pemimpin tersebut juga membahas kondisi terkini mengenai krisis diplomatik yang terjadi di Qatar, Erdogan mengungkapkan “kami berharap bisa menyelesaikannya melalui komunikasi dan dialog yang baik antara negara-negara yang terlibat dalam krisis Qatar”.

Selain itu dalam bidang terorisme kedua negara memperbaiki kerjasama mereka dalam pertukaran informasi intelijen dan pengembangan sistem IT intelijen. Oleh karena itu akan lebih mudah bagi kedua negara dalam bekerjasama dan memrangi terorisme, indonesia juga menghargai turki yang telah mendukung pencalonan Indonesia sebagai Anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020.

TNI AU Akan Melaksanakan Uji Coba Senjata Baru, Rudal Chiron di Bulukumba

Paskhas atau Pasukan Khas Komando Operasi Udara II akan melakukan uji coba senjata baru yang dimilikinya di sekitar perairan bulukumba, uji coba tersebut direncanakan dilaksanakan pada hari Kamis 13 Juli mendatang. 150 personel akan terlibat dalam uji coba di lokasi Pelabuhan Pendaratan Ikan Bonto Bahari.
Rudal Chiron, Guided Missile Based On Ground (Photos By Lignex1)

Perairan bulukumba dipilih karena memiliki wilayah yang luas dan strategis, selain itu disana jarang dilewati kapal atau pesawat sehingga dinilai aman sebagai tempat uji coba. Hal itu diungkapkan oleh Unit Radar, Komando Operasi Angkatan Udara II Lettu (pasukan) Hari P.

Senjata yang akan diuji coba adalah rudal chiron kepunyaan TNI AU, diperkirakan ada 4 rudal Chiron yang akan ditembakkan pada uji coba tersebut. Chiron merupakan senjata pertahanan udara yang dimiliki TNI AU dimana rudal tersebut dibeli dari Korea Selatan.

Chiron merupakan sistem MANPADS (Man Portable Air Defense System) rudal ini termasuk baru dan sedikit dibandingkan QW-3 rudal buatan China yang juga dimiliki oleh AU.

Rudal ini di desain menggunakan system Launcher Post dilengkapi dengan tripod, hand grip sebagai pegangan, sistem pembidik optik, juga kursi untuk operator. Rudal dan tabung peluncur ini memiliki bobot 24 kg.

Rudal ini memiliki jarak efektif 7 km untuk target terbang diudara dengan ketinggian 3,5 km dapat meluncur terbang dengan kecepatan 700 meter perdetik. Sistem pemandu yang digunakan adalah sistem infra red untuk mencari emisi panas yang dikeluarkan target juga sensor anomali UV (ultra Violet) agar lebih akurat, dapat juga dipasang sistem Integrator IFF.

Chiron ini akan meledak 1,5 meter sebelum mencapai target dan menembakan 720 fragmen logam panas yang dapat menembus lapisan alumunium pada pesawat.

Chiron dibangun dengan kode Shin-Gung, Korea Selatan membutuhkan waktu 8 tahun dalam pengembangannya dimulai pada 1995 dibuat oleh perusahaan pertahanan lokal Lig Nex1 anak perusahaan LG yang bergerak dibidang pertahanan.

Pada 2004 Chiron mulai di produksi dan dengan uji coba tambahan pada 2005 untuk kemudian masuk layanan militer Korea selatan pada akhir 2005.
Kemudian 2014 Indonesia mengakuisisi dan mengoperasikan rudal tersebut, chiron diintegrasikan dengan meriam anti pesawat Oerlikon Skyshield 35 mm.

ISIS Mengklaim Bertanggungjawab Atas Serangan Yang Menewaskan 23 Tentara Mesir di Sinai

Militan Islam menyerang sebuah pos militer militer Mesir di daerah terpencil sekitar semenanjung Sinai serangan tersebut dilakukan dengan bom mobil dikuti dengan tembakan senjata mesin berat kejadian tersebut terjadi pada hari jum’at (7/7), dalam peristiwa tersebut setidaknya 23 tentara Mesir tewas dalam serangan paling mematikan dalan kurun waktu 2 tahun terakhir.
Photo by AP

Kelompok teroris ISIS atau IS (Islamic State) mengeluarkan pernyataan bahwa IS bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pernyataan tersebut dikeluarkan melalui online pada malam hari beberapa jam setelah penyerangan tersebut. IS menyatkan serangan tersebut dilakukan saat tentara mesir tengah mempersiapkan serangan terhadap posisi IS di Sinai.

Serangan yang dipersiapkan Mesir merupakan upaya negara tersebut untuk menghancurkan kelompok teror di wilayah Sinai yang terkenal kuat dan tangguh setelah IS di Irak dan Suriah. Mesir berupaya mengendalikan pemberontakan di Sinai setelah kelompok lokal menyatakan sebagai bagian dari IS di Irak dan Suriah beberapa tahun yang lalu.

Serangan tersebut pada jum’at pagi hari diawali ketika seorang pembom bunuh diri menabrakkan kendaraannya ke sebuha pos pemeriksaan kompleks militer di el-Barth, sebelah barat daya kota Rafah. Diikuti dengan puluhan militan bertopeng menngunakan 24 SUV Land Cruiser, para militan melepasakan tembakan ke arah tentara yang sedang bertugas dengan senapan mesin.

Menurut pejabat yang tidak ingin deisebutkan identitasnya menyatakan bahwa serangan tersebut berlangsung selama setengah jam, dimana dipos tersebut terdapat sekitar 60 tentara yang bertugas. Ketika serangan mereda para militas menjarah isi pos pemeriksaan, merampas senjata dan amunisi sebelum melarikan diri. Sejumlah militan dilaporkan tewas dalam penyerangan  tersebut mengindikasikan adanya perlawanan dari tentara Mesir, dilokasi juga ditemukan beberapa kendaraan milik para militan yang ditinggalkan.

Diperkirakan ledakan bunuh diri pada saat awal penyerangan mematikan sistem komunikasi militer sehinnga memaksa seorang perwira menggunakan Aplikasi WhatsApp dengan merekam pesan audio untuk meminta bantuan kepada temannya, pesan itu kemudian menyebar di media sosial.

“ini mungkin detik terakhir dalam hidupku” suara lelaki dalam rekaman tersebut dengan nada tenang “cepat, siapa saja yang tahu bagaimana mencapai pusat komando beritahu mereka untuk menggunakan artileri, kita disini masih hidup” lalu terdengar suara memuji tuhan dan berakhir dengan mengatakan “kami akan membalasnya atau mati”.

Dua Pesawat Pembom AS Terbang Diatas Perairan Sengketa di Laut Cina Selatan

Pada hari jum’at (7/7) Angkatan Udara Amerika Serikat mengirim dua pesawat pembom melintasi wilayah yang disengketakan di atas perairan Laut China Selatan, Angkatan Udara Amerika menganggap wilayah tersebut sebagai wilayah internasional meskipun China mengklaim hampir seluruh jalur laut di Laut Cina Selatan.
Pesawat pembom Lancer B1-B (photos by Wikipedia)


Angkatan Udara Amerika mengirim dua pesawat pembom jenis Lancer B-1B yang terbang dari pangkalan militer AS di Guam pada hari Kamis. Kejadian itu terjadi sesaat sebelum pertemuan antara kedua pemimpin negara tersebut, Xi Jinping dan Donald Trump dijadwalkan melakukan pertemuan disela-sela pertemuan puncak G-20 di Jerman.

Kedua Presiden tersebut diperkirakan akan membahas peran China agar dapat mengendalikan Korea Utara yang sering melakukan provokasi dengan program pengembangan nuklir dan rudalnya. Korea Utara baru-baru ini berhasil meluncurkan rudal balistik antarbenua dan jatuh diperairan teritorial Jepang, para analis berpendapat uji coba terakhir tersebut, rudal diperkirakan dapat menjangkau Alaska atau Hawaii.

Disatu sisi Amerika meminta bantuan China untuk mengendalikan negara "nakal" Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya. Namun, di sisi lain Amerika Serikat melalui militernya tetap menegaskan mengenai hak “kebebasan navigasi” atau overflight di wilayah Laut Cina Selatan yang beresiko mempermalukan China.

Ketika ditanya mengenai penerbangan 2 bomber milik Amerika juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shueng menjawab bahwa tidak ada masalah dengan kebebaan navigasi atau Overflight diatas wilayah Laut Cina Timut dan Laut Cina Selatan.

“tapi China dengan tegas menentang setiap negara dengan menggunakan dalih tentang kebebasan navigasi dan  overflight dengan tujuan memamerkan kekuatan militer dan membahayakan kedaulatan an kemanan China”.

Dalam sebuah pernyataan singkat Kementerian Pertahanan China menjelaskan China selalu menjaga kewaspadaannya dan secara efektif memantau kegiatan militer negara-negara di sekitar China. “militer China dengan tegas menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta perdamaian dan stabilitas nasional” ungkapnya.

Amerika Serikat mengkritik pembangunan fasilitas militer China di terumbu karangdi Laut Cina Selatan dan pulau-pulau buatan diatas terumbu karang, Amerika khawatir fasilitas militer tersebut merupakan bagian dari militerisasi jalur laut yang juga merupakan jalur perdagangan internasional.

Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan juga memiliki klaim sengketa dengan China dimana diperairan tersebut merupakan jalur pelayaran perdagangan penting yang setiap tahunnya nilai perdagangan mencapai US$5 triliun.
AS Dan Korea Selatan Merespon Peluncuran Rudal Korea Utara Dengan Latihan Peluncuran Rudal

AS Dan Korea Selatan Merespon Peluncuran Rudal Korea Utara Dengan Latihan Peluncuran Rudal

Militer Amerika Serikat dan Korea Selatan langsung mengadakan latihan peluncuran rudal balistik setelah Korea Utara menguji coba rudal jarak jauhnya para analis percaya rudal yang ditembakkan tersebut dapat mencapai Alaska dan Hawaii, ini merupakan respon langsung AS dan Korea selatan terhadap peluncuran tersebut serta mengirim pesan kepada Pyongyang.
Latihan Peluncuran Rudal (Photo By CNN)
Militer kedua negara mengatakan “kesalahan besar” bagi Korea Utara untuk berpikir bahwa mereka dapat menyerang selatan dan Amerika.

China dan Rusia telah kedua belah pihak untuk menghentikan ketegangan di semenanjung Korea dan menegaskan bahwa mereka menentang upaya perubahan rezim di Korea Utara. Sementara itu presiden Donald Trump mempertanyakan komitmen Beijing untuk melawan ancaman nuklir Korea Utara dengan mengutip nilai angka perdagangan antar kedua negara pada kuartal pertama China tahun ini.

Dalam postingan media sosial twitternya Trump menyatakan “peradagangan antara Chna dan Korea Utara tumbuh hampir 40% pada kuartal pertama. Begitu banyak China bekerja dengan kita tapi kita harus mencobanya!!”

Peluncuran rudal tersebut merupakan tes terbaru dari serangkaian tes rudal yang dilakukan oleh Korea Utara, hal itu bertentangan dengan resolusi dewan keamanan PBB (DK PBB).
AS telah meminta sebuah pertemuan mendesak DK PBB untuk membahas masalah ini sesi tertutup dadakan pada hari Rabu diikuti oleh 15 anggotanya. 

Pyongyang mengklaim pada hari selasa bahwa mereka telah berhasil menguji rudal balistik antar benua (ICBM). Namun, sebagian ahli percaya bahwa Korea Utara belum memiliki kemampuan senjata nuklir jarak jauh.

Kedua Korea secara teknis masih dalam keadaan perang karena kedua Korea hany sepakat untuk memberlakukan gencatan senjata yang masih berlangsung hingga saat ini.

Dua Mayat Sandera Vietnam Yang Dipenggal Abu Sayyaf Ditemukan di Pulau Basilan

Mayat dua korban yang dikabarkan tewas dipenggal oleh kelompok Abu Sayyaf ditemukan di Pulau Basilan bagian selatan Filipina. Kedua pria tersebut diidentifikasi oleh pihak berwenang sebagai Hoang Trung Thong dan Hoang Va Hai, kedua jasad tersebut diyakini dua diantara enam awak kapal kargo yang disandera oleh kelompok tersebut pada November tahun lalu.

Dua Sandera Asal Kanada Sebelum Dieksekuasi, (photo by AAP)
Ketika itu sekitar 10 militan bersenjata menyerbu kapal MV Royal 16, Abu Sayyaf menculik kapten dan kru kapal. Mereka telah menyandera para kru selama 8 bulan sebelum dua orang dari mereka dieksekusi dengan cara dipenggal.

Satu sandera berhasil diselamtkan bulan lalu dan 3 lainnya tetap berada di tangan Abu Sayyaf, kelompok ini memang terkenal dengan jaringan terornya dan menyandera turis untuk dimintai tebusan jika permintaan mereka tidak dikabulkan mereka membunuh sandera dengan cara yang tidak manusiawi.

Abu Sayyaf dikenal sebagai kelompok militan sejak 1990an, sebelumnya kelompok ini mengaku bagian dari jaringan teror di Al-Qaeda lalu kemudian kelompok ini dibawah komando Isnilon Hapilon mendeklarasikan bergabung dengan ISIS dan menyatakan sumpah setianya kepada kekhalifahan Abu Bakar al-Baghdadi.

Bulan Februari, warga Jerman, Jurgen Kartner dipenggal karena tuntutan tebusan sebesar $600.000 tidak dipenuhi dan di 2015 dua sandera berkewarganegaraan kanada menemui nasib yang sama setelah tuntutan tebusan tidak bisa dipenuhi. Di 2011 seorang warga negara Australia, Warren Richard Rodwell ditangkap  oleh Abu Sayyaf, Richard disandera selama 15 bulan.

Para penculiknya kemudian membuat video bukti lalu mengirimkannya ke istri dan keluarganya dioa terlihat kurus dan lemah. “untuk keluarga saya, tolong lakukan apapun untuk mengumpulkan $ 2juta mereka meminta pembebasan saya sesegera mungkin” katanya dalam satu video.

Pria berusia 53 tahun itu akhirnya dilepas dengan biaya yang diperkirakan $100.000, Ia dilaporkan ditemukan dalam keadaan lemah dan kebingungan di sebuah kota pantai di Filipina selatan.