ISIS Mengklaim Bertanggungjawab Atas Serangan Yang Menewaskan 23 Tentara Mesir di Sinai

Militan Islam menyerang sebuah pos militer militer Mesir di daerah terpencil sekitar semenanjung Sinai serangan tersebut dilakukan dengan bom mobil dikuti dengan tembakan senjata mesin berat kejadian tersebut terjadi pada hari jum’at (7/7), dalam peristiwa tersebut setidaknya 23 tentara Mesir tewas dalam serangan paling mematikan dalan kurun waktu 2 tahun terakhir.
Photo by AP

Kelompok teroris ISIS atau IS (Islamic State) mengeluarkan pernyataan bahwa IS bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pernyataan tersebut dikeluarkan melalui online pada malam hari beberapa jam setelah penyerangan tersebut. IS menyatkan serangan tersebut dilakukan saat tentara mesir tengah mempersiapkan serangan terhadap posisi IS di Sinai.

Serangan yang dipersiapkan Mesir merupakan upaya negara tersebut untuk menghancurkan kelompok teror di wilayah Sinai yang terkenal kuat dan tangguh setelah IS di Irak dan Suriah. Mesir berupaya mengendalikan pemberontakan di Sinai setelah kelompok lokal menyatakan sebagai bagian dari IS di Irak dan Suriah beberapa tahun yang lalu.

Serangan tersebut pada jum’at pagi hari diawali ketika seorang pembom bunuh diri menabrakkan kendaraannya ke sebuha pos pemeriksaan kompleks militer di el-Barth, sebelah barat daya kota Rafah. Diikuti dengan puluhan militan bertopeng menngunakan 24 SUV Land Cruiser, para militan melepasakan tembakan ke arah tentara yang sedang bertugas dengan senapan mesin.

Menurut pejabat yang tidak ingin deisebutkan identitasnya menyatakan bahwa serangan tersebut berlangsung selama setengah jam, dimana dipos tersebut terdapat sekitar 60 tentara yang bertugas. Ketika serangan mereda para militas menjarah isi pos pemeriksaan, merampas senjata dan amunisi sebelum melarikan diri. Sejumlah militan dilaporkan tewas dalam penyerangan  tersebut mengindikasikan adanya perlawanan dari tentara Mesir, dilokasi juga ditemukan beberapa kendaraan milik para militan yang ditinggalkan.

Diperkirakan ledakan bunuh diri pada saat awal penyerangan mematikan sistem komunikasi militer sehinnga memaksa seorang perwira menggunakan Aplikasi WhatsApp dengan merekam pesan audio untuk meminta bantuan kepada temannya, pesan itu kemudian menyebar di media sosial.

“ini mungkin detik terakhir dalam hidupku” suara lelaki dalam rekaman tersebut dengan nada tenang “cepat, siapa saja yang tahu bagaimana mencapai pusat komando beritahu mereka untuk menggunakan artileri, kita disini masih hidup” lalu terdengar suara memuji tuhan dan berakhir dengan mengatakan “kami akan membalasnya atau mati”.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »