Dua anggota militer Filipina tewas dan 11 lainnya mengalami luka-luka setelah sebuah pesawat jet milik Angkatan Udara militer Filipina secara tidak sengaja menjatuhkan bom terhadap posisi sekelompok pasukan darat Filipina yang sedang melakukan operasi tempur untuk mengusir militan pro-ISIS dari kota Marawi.
Insiden yang terjadi di hari Rabu (12/7) adalah kali kedua
serangan udara salah menargetkan musuh justru sebaliknya terjadi “friendly
fires” hal ini bisa saja merusak konsentrasi serta kepercayaan pasukan darat
militer Filipina terhadap Angkatan udaranya.
Dua bulan sudah militer Filipina tetap berusaha untuk membersihkan
kota Marawi dari para gerombolan bersenjata pro-ISIS walaupun pihak militer
mengklaim wilayah yang diduduki oleh para militan hanya sekitar 10% dari
wilayah Marawi namun toh begitu, pihak militer belum bisa membebaskan 100%
wilayah tersebut.
Pihak militer menyebut serangan udara itu dilakukan pada
siang hari menargetkan sebuah bangunan yang diduga dijadikan tempat
persembunyian para gerilyawan, namun satu dari empat bom yang dilepaskan oleh
pesawat tempur FA-50 jatuh terlalu dekat dengan posisi pasukan darat Filipina.
Juru bicara militer mengatakan pada media “bom itu jatuh di
sebuah area dekat dengan bangunan, dimana didalam bangunan tersebut
terdapat unit militer darat tinggal disana dan ledakan itu menyebabkan sebagian
bangunan itu runtuh, puing-puing yang jatuh dari struktur bangunan menimpa
orang-orang kita sehingga menyebabkan dua tentara tewas dan 11 lainnya
luka-luka”.
Setelah kejadian tersebut pihak militer Filipina menyatakan
untuk menarik pesawat FA-50 dari tugas kampanye udara di wilayah Marawi. Hal ini
dilakukan guna membantu penyelidikan penyebab terjadinya “friendly fires” dan
menyelidiki mengapa terjadi kegagalan salah satu bom mencapai target.
Hanya pesawat FA-50 yang ditarik namun pesawat jenis lainnya
tetap akan digunakan untuk memberikan dukungan udara ke pasukan darat. Dalam pernyataannya
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana menanggapi insiden salah sasaran tersebut “kejadian
ini menggambarkan sulitnya menghadapi pertempuran kota dimana pasukan darat
beroperasi ditempat yang sempit dan sangat dekat dengan musuh”.
Lorenzana bahkan mengatakan masalah yang dihadapi militer
Filipina serupa dengan yang dihadapi negara-negara lain di Mosul, Fallujah, dan
Raqqa, merujuk pada pertempuran melawan ISIS di Timur Tengah.
Pertempuran di Marawi telah berlangsung kurang lebih 2 bulan
menewaskan 92 tentara dan polisi, 392 gerilyawan dan 45 warga sipil. Pada hari
Rabu telah ditemuksan 6 jenazah yang dibunuh oleh pihak militan, jasad tersebut
ditemukan di tengah pusat kota, diperkirakan mereka terbunuh pada awal-awal
pertempuran, namun jasad mereka urung dievakuasi mengingat masih tingginya
intesitas tembakkan dari pihak militan didaerah tersebut.
Pihak militer memperkirakan 100 gerilyawan bersenjata masih
mengendalikan sekitar seribu bangunan dan rumah di pusat kota Marawi.