Pertempuran Marawi, 2 Tentara Tewas Akibat Jet Tempur FA-50 Filipina Salah Menjatuhkan Bom


Dua anggota militer Filipina tewas dan 11 lainnya mengalami luka-luka setelah sebuah pesawat jet milik Angkatan Udara militer Filipina secara tidak sengaja menjatuhkan bom terhadap posisi sekelompok pasukan darat Filipina yang sedang melakukan operasi tempur untuk mengusir militan pro-ISIS dari kota Marawi.
Insiden yang terjadi di hari Rabu (12/7) adalah kali kedua serangan udara salah menargetkan musuh justru sebaliknya terjadi “friendly fires” hal ini bisa saja merusak konsentrasi serta kepercayaan pasukan darat militer Filipina terhadap Angkatan udaranya.
Pesawat FA-50 AU Filipina (photos by Tempo.co)

Dua bulan sudah militer Filipina tetap berusaha untuk membersihkan kota Marawi dari para gerombolan bersenjata pro-ISIS walaupun pihak militer mengklaim wilayah yang diduduki oleh para militan hanya sekitar 10% dari wilayah Marawi namun toh begitu, pihak militer belum bisa membebaskan 100% wilayah tersebut.
Pihak militer menyebut serangan udara itu dilakukan pada siang hari menargetkan sebuah bangunan yang diduga dijadikan tempat persembunyian para gerilyawan, namun satu dari empat bom yang dilepaskan oleh pesawat tempur FA-50 jatuh terlalu dekat dengan posisi pasukan darat Filipina.

Juru bicara militer mengatakan pada media “bom itu jatuh di sebuah area dekat dengan bangunan, dimana didalam bangunan tersebut terdapat unit militer darat tinggal disana dan ledakan itu menyebabkan sebagian bangunan itu runtuh, puing-puing yang jatuh dari struktur bangunan menimpa orang-orang kita sehingga menyebabkan dua tentara tewas dan 11 lainnya luka-luka”.

Setelah kejadian tersebut pihak militer Filipina menyatakan untuk menarik pesawat FA-50 dari tugas kampanye udara di wilayah Marawi. Hal ini dilakukan guna membantu penyelidikan penyebab terjadinya “friendly fires” dan menyelidiki mengapa terjadi kegagalan salah satu bom mencapai target.

Hanya pesawat FA-50 yang ditarik namun pesawat jenis lainnya tetap akan digunakan untuk memberikan dukungan udara ke pasukan darat. Dalam pernyataannya Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana menanggapi insiden salah sasaran tersebut “kejadian ini menggambarkan sulitnya menghadapi pertempuran kota dimana pasukan darat beroperasi ditempat yang sempit dan sangat dekat dengan musuh”.

Lorenzana bahkan mengatakan masalah yang dihadapi militer Filipina serupa dengan yang dihadapi negara-negara lain di Mosul, Fallujah, dan Raqqa, merujuk pada pertempuran melawan ISIS di Timur Tengah.
Pertempuran di Marawi telah berlangsung kurang lebih 2 bulan menewaskan 92 tentara dan polisi, 392 gerilyawan dan 45 warga sipil. Pada hari Rabu telah ditemuksan 6 jenazah yang dibunuh oleh pihak militan, jasad tersebut ditemukan di tengah pusat kota, diperkirakan mereka terbunuh pada awal-awal pertempuran, namun jasad mereka urung dievakuasi mengingat masih tingginya intesitas tembakkan dari pihak militan didaerah tersebut.

Pihak militer memperkirakan 100 gerilyawan bersenjata masih mengendalikan sekitar seribu bangunan dan rumah di pusat kota Marawi.

Delapan F-15SG Telah Diterima Singapura Anehnya Terdaftar Dalam Registrasi Sipil


Perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Boeing Company menurut data yang dikeluarkan oleh US Federal Aviation Administration (FAA) atau Administrasi Penerbangan Federal AS, didalam data tersebut menyebutkan bahwa Boeing telah menyelesaikan pengiriman jet tempur F-15SG Eagle ke Singapura.
Website resmi FAA menunjukkan bahwa delapan Pesawat terakhir F-15SG tersebut terdaftar sebagai pesawat sipil namun pendaftarannya telah dibatalkan pada pertengahan bulan Juni alasan pembatalan dan tujuannya terdaftar sebagai Singapura.

F-15 SG Milik RSAF (Photos By Airliner.net)
Pesawat terkhir dari delapan pesawat F-15SG  terdaftar dalam registrasi sipil dengan nomor registrasi FAA N361SG/05-8361, diklasifikasikan sebagai pesawat eksperimental dan dalam rinciannya masuk dalam kategori penelitian dan pengembangan, serta pelatihan awak.

Pesawat ini menjadi satu-satunya dari delapan pesawat yang diklasifikasikan dengan kategori eksperimental, pesawat tersebut diketahui pernah terbang diatas fasilitas Boeing di St. Louis, Missouri hingga september 2016.

Belum diketahui mengapa Singapura mendaftarkan pesawat tempur F-15SG kedalam registrasi sipil, namun FAA mengklasifikasikan  sebagai penelitian dan pengembangan “memasukkan operasi pesawat terbang sebagai masalah penelitian dan menjamin pengembangan lebih lanjut. Penggunaan sertifikat khusus ini mencakup instalasi peralatan baru, teknik operasi, atau pengguna baru untuk pesawat terbang” sementara pelatihan awak untuk pesawat yang digunakan “untuk melatih awak pesawat pemohon terhadap pesawat eksperimental dalam pengoperasian pesawat yang sedang diuji dalam sertifikat jenis program atau untuk flight test.

Kedelapan pesawat f-15SG pertama kali terdaftar dalam registrasi FAA pada pertengahan 2014 oleh Boeing. Kemudian pesawat ini dikirim mulai awal 2016, pesawat pertama terlihat pada bulan april di Detasemen Pelatihan Angkatan Darat Republik Singapura yang berada di Pangkalan Udara Home Muontain, Idaho.

Tidak diketahui mengapa Boeing mendaftarkan F-15SG diman merupakan pesawat tempur militer didaftarkan pada database pesawat sipil FAA seorang sumber mengatakan hal tersebut dikarenakan singapura membeli pesawat tersebut berdasarkan kontrak penjualan komersil langsung dengan Boeing, padahl beberapa paket pesawat tempur F-15SG dan beberapa  negara lain juga melakukan pembelian dengan cara yang sama namun tidak didaftarkan dalam register sipil FAA.

Ketika ditanya seperti itu Boeing menyarankan untuk bertanya pada kementerian pertahanan singapura, namun ketika ditanyakan kepada kementerian pertahanan Singapura, mereka menolak mengkonfirmasi tentang pengiriman jet tersebut dengan alasan keamanan operasional.

70% Pintu Kompartemen Kapal Induk Inggris HMS Queen Elizabeth Mengalami Kerusakan 5 awak Terluka


Kapal induk terbaru milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris HMS Queen Elizabeth dikabarkan mempunyai masalah pada beberapa pintu kedap air yang terpasang didalamya, akibat dari permasalahan itu beberapa awak kapal mengalami cedera.
HMS Queen Elizabeth (Photos By Royal Navy)

Permasalahan terdapat pada mekanisme dan operasi kinerja pintu, permasalahan tersebut menyebabkan setidaknya 5 awak cedera saat kapal induk tersebut sedang melaksanakan uji coba dilautan, setelah sebelumnya meninggalkan galangan kapal Rosyth.

Dikabarkan 70% pintu yang terpasang didalam HMS Queen Elizabeth mengalami kerusakan. Didalam HMS Queen Elizabeth terdapat 650 pintu katup kompartemen  yang terpasang didalamnya.  pihak pembuat kapal induk pun sedang menyelidiki kerusakan yang terjadi.

Menteri Pertahanan Kerajaan Inggris dan pihak pembuat kapal yaitu Thales, BAE System serta galangan kapal Rosyth telah mengkonfirmasi kejadian tersebut dan mengakui adanya kerusakan pada 70% pintu yang ada di HMS Queen Elizabeth.

Diperkirakan kerusakan tersebut akibat kegagalan konstruksi dan pemilihan pintu kompartemen yang tidak tepat.

Jika pintu pada HMS Queen Elizabeth ingin diganti maka dibutuhkan dana yang tidak sedikit serta waktu yang tidak sebentar. Kejadian ini merupakan pukulan telak bagi armada kapal induk kerajaan Inggris dimana beberapa waktu sebelumnya menteri pertahanan inggris dalam sambutannya ketika kapal induk tersebut akan berlayar untuk melaksanakan uji coba laut, Ia mengatakan “masyarakat Rusia akan iri melihat HMS Queen Elizabeth” dan mengejek kapal induk Rusia Admiral Kuznetsov.

HMS Queen Elizabeth memilliki kapasitas muatan 65.000 ton serta menghabiskan dana 3 miliar Poundsterling dalam pembangunannya. Kapal ini dibangun oleh galangan kapal Rosyth bekerjasama dengan Thales dan BAE System. Perusahaan-perusahaan tersebut juga saat ini sedang menyelesaikan pembangunan kapal induk lainnya yaitu HMS Prince of Wales.

Kedua kapal induk Inggris tersebut diproyeksikan untuk mengangkut pesawat canggih generasi kelima yang termutakhir saat ini F-35B Lightning. HMS Queen Elizabeth direncanakan akan masuk layanan militer penuh pada tahun 2020

2 Pos Militer dan 4 Tentara India Tewas Dalam Serangan Tentara Pakistan disepanjang Garis Perbatasan


Pada hari Minggu  (9/7) kemarin Angkatan Darat Pakistan mengeluarkan pernyataan bahwa pasukannya telah menghancurkan dua pos milik tentara Angkatan Darat India disepanjang Jalur Kontrol atau Line of Control (LoC) dan membunuh empat tentara India.

Gambar penyerangan Pos Militer India Oleh Tentara Pakistan (Photos By The Express Tribune)
Penyerangan pos militer India tersebut dilakukan sebagai aksi balasan atas dugaan penembakan yang tidak beralasan oleh pihak India disepanjang garis Line of Control dimana pada aksi penembakan militer India itu menewaskan lima warga sipil Pakistan pada hari Sabtu.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh bagian hubungan kemasyarakatan menjelaskan “pasukan Angkatan Darat Pakistan mengambil tindakan tepat pada 9 juli dan menyebabkan kerugian besar nyawa dan materiil. Dua pos militer India yang telah menembaki warga sipil Pakistan telah dihancurkan dan 4 tentara India tewas terbunuh”.

“tindakan tersebut merupakan upaya untuk melindungi warga sipil dari agresi India yang tidak beralasan” tambahnya. Sementara juru bicara resmi Angkatan Bersenjata pakistan, Mayor Jenderal Asif Ghafoor melalui akun twitternya menginformasikan hal yang sama disertai video tentara Pakistan yang diduga menghancurkan 2 pos milik Angkatan Darat India.

Sehari sebelumnya pada hari sabtu bertepatan dengan peringatan kematian komandan Hizbul Mujahidin Burhan Wani, militer Pakistan mengklaim bahwa Angkatan Darat India diduga menggunakan senjata berat untuk menembak warga sipil diwilayah Kashmir yang diduduki oleh Pakistan. Dalam laporan tersebut setidaknya 5 warga sipil Pakistan termasuk 4 wanita tewas dan sepuluh lainnya mengalami luka-luka.

Line of Control atau Jalur Kontrol adalah garis kontrol militer antara India dan Pakistan dimana garis tersebut membagi kashmir menjadi 2 bagian satu sisi masauk wilayah India dan pada sisi lainnya masuk wilayah Pakistan.

garis kontrol perbatasan kashmir (photos by Wikipedia)
 Garis tersebut sebenarnya tidak diakui sebagi garis perbatasan oleh hukum internasional, namun diakui secara de facto . awalnya garis didesain sebagai jaulur gencatan senjata namun berubah menjadi “garis kontrol” merujuk pada perjanjian Simla ditandatangani pada 3 Juli 1972.

Garis kontrol bagian Indai dikenal sebagai Negara bagian Jammu dan Kashmir sedangkan bagin yang dikuasai Pakistan disebut Azad Jammu dan Kashmir serta Gilgit-Baltistan.

Perang Teluk Persia, Ketika Irak Menyerang Kuwait


Setelah 8 tahun berperang dengan Iran (1980-1988), Irak mulai kembali menata negaranya. Akibat perang 8 tahun Irak memiliki banyak hutang dengan negara lain diantaranya dengan kuwait yang mencapai $30 miliar, oleh karena itu Irak dibawah pimpinan Saddam Hussein pada 1990 Saddam berencana untuk meminta negara-negara di teluk arab untuk memotong produksi minyak mereka kemudian menaikkan harga minyak dunia. Namun negara-negara teluk menolak usulan tersebut, Saddam merasa dikhianati oleh negara-negara arab karena keengganan tersebut.

Kemudian Irak beralih ke Kuwait dan menuduh negara tersebut telah mencuri persediaan minyak disepanjang perbatasan Rumayla, Irak mengerahkan sejumlah pasukan besar ke perbatasan Kuwait. Pada tanggal 2 Agustus 1990 Saddam memerintahkan pasukannya menyerbu wilayah Kuwait  dengan  120.000 pasukan yang terdiri dari 7 divisi didukung dengan ribuan tank memasuki perbatasan Kuwait dan dengan cepat dapat di kuasai kemudian angkatan udara Irak membombardir Kuwait City dihari yang sama. Kekuatan angkatan perang Kuwait tidak bisa membendung laju tentara Irak namun begitu, Pasukan Kuwait dapat memperlambat gerak maju tentara Irak untuk kemudian dimanfaatkan untuk mengungsikan keluarga kerajaan kuwait menuju Arab Saudi.

Tak lama setelah didudukinya wilayah Kuwait Saddam Hussein mengumumkan Kuwait sebagai Provinsi ke-19 dari Irak.

Merespon invasi tersebut PBB mengeluarkan resolusi serta mengecam tindakan Irak, dunia internasional mengutuk dan memulai memberikan sanksi, pemutusan hubungan dagang , hingga embargo terhadap Irak.

Kedatangan Pasukan Koalisi

Pihak Kerajaan dipengasingan dengan segera meminta bantuan kepada Amerika Serikat. Arab Saudi yang juga khawatir wilayahnya akan ikut diserang oleh Irak mengundang Amerika untuk ikut masuk dalam perang tersebut. Pada 3 Agustus 1990 PBB memperingatkan Irak untuk menarik pasukannya dari Kuwait, tiga hari kemudian raja Fahd dari Arab Saudi bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Richard Cheney untuk meminta bantuan AS. Sebelumnya Saddam Hussein begitu percaya diri bahwa negara-negara teluk tidak akan meminta bantuan dari barat untuk masuk ke Timur Tengah. Namun prediksi Saddam Hussein meleset 2/3 dari 21 negara teluk meminta intervensi luar khususnya dari NATO.

Aksi Pasukan Sekutu di Pertempuran (Photos By Wikipedia)
Setelah itu pasukan sekutu yang dipimpin oleh AS mulai menumpukkan kekuatan militernya di beberapa negara teluk. Pesawat dan pasukan darat dikirim ke Mesir, Arab Saudi dan beberapa negara Teluk lainnya.
Sementara di Kuwait, Irak menambah kekuatan pasukannya hingga mencapai 300.000 pasukan, untuk mendapatkan simpati dari masyarakat muslim Saddam menyebut perang tersebut sebagai Jihad, perang suci melawan Koalisi.

16 Januari menjadi awal perang, setelah sebelumnya PBB mengumumkan mengesahkan” semua cara yang diperlukan” untuk melawan Irak jika tidak menarik pasukannya paling lambat 15 Januari dimana pesawat tempur dan bomber pasukan koalisi melakuakn kampanye pemboman lewat udara dengan target instalasi militer terutama fasilitas AU serta senjata anti pesawat dan instalasi sipil Operasi tersebut dikenal sebagai Operasi Desert Storm.

Selama 42 hari kekuatan udara NATO terus menggempur Irak dengan lebih dari 100.000 serangan serta menjatuhkan 88.500 ton bom, operasi tersebut dipimpin oleh Letnan Jenderal USAF Chuck Horner.
Pada pertengahan februari tepatnya tanggal 24 Februari pasukan koalisi meluncurkan operasi darat yang dikenal dengan Operation Desert Sabre yaitu serangan ofensif koalisi dari timur laut arab Saudi ke wilayah kuwait dan selatan Irak dalam waktu 3 hari pasukan koalisi dapat merebut kota Kuwait. Smentara pasukan lapis baja AS maju sejauh 200 km ke irak dari arah barat Kuwait dan menghancurkan pasukan cadangan lapis baja irak dari belakang garis pertahanan Irak.
Pada 27 Februaru pasukan koalisi berhasil menghancurkan sebagian besar unit pasukan Garda Republik Irak yang mencoba membuat pertahanan di al-Ba’rah bagian tenggara Irak.
Sehari setalahnya 28 Februari Presiden G. Bush mengumumkan gencatan senjata, dan perlawanan pasukan Irak telah hancur. Irak akhirnya menyetujui syarat yang diajukan sekutu diantaranya Irak mengakui kedaulatan Kuwait dan menyingkirkan semua senjata pemusnah massal (nuklir, biologi dan kimia). Tidak ada angka resmi mengenai jumlah pasukan Irak yang ikut bertempur namun diperkirakan berjumlah 180.000 sampai 630.000 dimana Irak kehilangan 8.000 sampai 100.000 tentaranya sedangkan di pihak Koalisi kehilangan sekitar 300 tentara.

Serangan Rudal Scud Irak ke Israel

Selama 7 minggu pertempuran setidaknya terdapat 88 rudal scud yang dilepaskan dari Irak. Irak mencoba melakukan tindakan provokasi untuk menarik Israel kedalam Perang, Irak yakin jika Israel ikut dalam perang tersebut maka negara-negara teluk akan menarik diri karena tidak akan ikut berperang bersama Israel.

Warga Sipil Israel Menggunakan Masker Untuk Menghindari Senjata Kimia Irak yang Dibawa Rudal Scud (Photos By Wikipedia)
Presiden Bush kemudain membujuk PM Israel untuk tidak melakukan pembalasan terhadap Irak dan menarik kembali jet tempurnya AS Khawatir jika Israel menyerang Irak negara-negara Arab akan meninggalkan koalisi. 

Sebanyak 74 warga Israel dalam serangan tersebut diduga rudal Scud tersebut mengangkut senjata kimia dikarenakan korban tewas mengalami lemas dan sesak nafas.

Ada kejadian unik dimana 137 pesawat Irak melarikan diri dengan menyeberangi perbatasan Iran dan mendarat disana untuk menghindari pasukan koalisi, 137 pesawat tersebut tidak pernah kembali setelah perang berakhir. Kejadian ini sangat aneh sekaligus konyol karena seblumnya Irak dan Iran terlibat Perang selama 8 tahun dan bakhir 2 tahun sebelum penyerangan Irak atas Kuwait.

Indonesia dan Turki Akan Bekerjasama Dalam Pembuatan Kapal Selam Dan Drone

Indonesia dan Turki mempererat kemitraanya di bidang ekonomi kedua negara. Sebelumnya kedua negara telah menjalin kerjasama di bidang pertahanan dengan meluncurkan Modern Medium Weight Tank (MMWT) Kaplan MT dan secara resmi telan diperkenalkan pada IDEF di turki beberapa waktu lalu kerjasama tersebut terjalin antara PT Pindad perusahaan pertahanan milik negara bekerjasama dengan perusahaan pertahanan asal Turki FNSS.
Jokwi mengajak Erdogan membuat Vlog (photos by Tempo.com)

Yang terbaru adalah penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum Of understanding (MoU) antara PT Dirgantara Indonesia dan Turkish Aerospace Industry akan bekerjasama dalam bidang penerbangan.

Dalam pernyataannya Presiden Jokowi mengatakan “ kami telah sepakat untuk memperluas kemitraan kami dalam pembangunan kapal selam dan drone, untuk kemudian akan ditindak lanjuti oleh tim dari kedua negara” hal itu diungkapkan pada jumpa pers bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istana Kepresidenan Turki, di Ankara pada hari kamis (6/7) lalu.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia dan Turki adalah dua negara dengan potensi besar untuk meningkatkan kerjasama. Oleh karena itu, Jokowi telah berbicara pada Presiden Erdogan tentang kemitraan yang dapat diprioritaskan, seperti kerjasam perdagangan, investasi, pertahanan, energi dan kontra-terorisme.
“kami telah sepakat untuk kembali meningkatkan tren investasi dan perdagangan yang positif, seperti Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) mengurangi atau menghentikan penghalang perdagangan serta menciptakan iklim investasi yang baik” ungkap Jokowi.

Selain masalah bilateral kedua pemimpin tersebut juga membahas kondisi terkini mengenai krisis diplomatik yang terjadi di Qatar, Erdogan mengungkapkan “kami berharap bisa menyelesaikannya melalui komunikasi dan dialog yang baik antara negara-negara yang terlibat dalam krisis Qatar”.

Selain itu dalam bidang terorisme kedua negara memperbaiki kerjasama mereka dalam pertukaran informasi intelijen dan pengembangan sistem IT intelijen. Oleh karena itu akan lebih mudah bagi kedua negara dalam bekerjasama dan memrangi terorisme, indonesia juga menghargai turki yang telah mendukung pencalonan Indonesia sebagai Anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020.

TNI AU Akan Melaksanakan Uji Coba Senjata Baru, Rudal Chiron di Bulukumba

Paskhas atau Pasukan Khas Komando Operasi Udara II akan melakukan uji coba senjata baru yang dimilikinya di sekitar perairan bulukumba, uji coba tersebut direncanakan dilaksanakan pada hari Kamis 13 Juli mendatang. 150 personel akan terlibat dalam uji coba di lokasi Pelabuhan Pendaratan Ikan Bonto Bahari.
Rudal Chiron, Guided Missile Based On Ground (Photos By Lignex1)

Perairan bulukumba dipilih karena memiliki wilayah yang luas dan strategis, selain itu disana jarang dilewati kapal atau pesawat sehingga dinilai aman sebagai tempat uji coba. Hal itu diungkapkan oleh Unit Radar, Komando Operasi Angkatan Udara II Lettu (pasukan) Hari P.

Senjata yang akan diuji coba adalah rudal chiron kepunyaan TNI AU, diperkirakan ada 4 rudal Chiron yang akan ditembakkan pada uji coba tersebut. Chiron merupakan senjata pertahanan udara yang dimiliki TNI AU dimana rudal tersebut dibeli dari Korea Selatan.

Chiron merupakan sistem MANPADS (Man Portable Air Defense System) rudal ini termasuk baru dan sedikit dibandingkan QW-3 rudal buatan China yang juga dimiliki oleh AU.

Rudal ini di desain menggunakan system Launcher Post dilengkapi dengan tripod, hand grip sebagai pegangan, sistem pembidik optik, juga kursi untuk operator. Rudal dan tabung peluncur ini memiliki bobot 24 kg.

Rudal ini memiliki jarak efektif 7 km untuk target terbang diudara dengan ketinggian 3,5 km dapat meluncur terbang dengan kecepatan 700 meter perdetik. Sistem pemandu yang digunakan adalah sistem infra red untuk mencari emisi panas yang dikeluarkan target juga sensor anomali UV (ultra Violet) agar lebih akurat, dapat juga dipasang sistem Integrator IFF.

Chiron ini akan meledak 1,5 meter sebelum mencapai target dan menembakan 720 fragmen logam panas yang dapat menembus lapisan alumunium pada pesawat.

Chiron dibangun dengan kode Shin-Gung, Korea Selatan membutuhkan waktu 8 tahun dalam pengembangannya dimulai pada 1995 dibuat oleh perusahaan pertahanan lokal Lig Nex1 anak perusahaan LG yang bergerak dibidang pertahanan.

Pada 2004 Chiron mulai di produksi dan dengan uji coba tambahan pada 2005 untuk kemudian masuk layanan militer Korea selatan pada akhir 2005.
Kemudian 2014 Indonesia mengakuisisi dan mengoperasikan rudal tersebut, chiron diintegrasikan dengan meriam anti pesawat Oerlikon Skyshield 35 mm.

ISIS Mengklaim Bertanggungjawab Atas Serangan Yang Menewaskan 23 Tentara Mesir di Sinai

Militan Islam menyerang sebuah pos militer militer Mesir di daerah terpencil sekitar semenanjung Sinai serangan tersebut dilakukan dengan bom mobil dikuti dengan tembakan senjata mesin berat kejadian tersebut terjadi pada hari jum’at (7/7), dalam peristiwa tersebut setidaknya 23 tentara Mesir tewas dalam serangan paling mematikan dalan kurun waktu 2 tahun terakhir.
Photo by AP

Kelompok teroris ISIS atau IS (Islamic State) mengeluarkan pernyataan bahwa IS bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pernyataan tersebut dikeluarkan melalui online pada malam hari beberapa jam setelah penyerangan tersebut. IS menyatkan serangan tersebut dilakukan saat tentara mesir tengah mempersiapkan serangan terhadap posisi IS di Sinai.

Serangan yang dipersiapkan Mesir merupakan upaya negara tersebut untuk menghancurkan kelompok teror di wilayah Sinai yang terkenal kuat dan tangguh setelah IS di Irak dan Suriah. Mesir berupaya mengendalikan pemberontakan di Sinai setelah kelompok lokal menyatakan sebagai bagian dari IS di Irak dan Suriah beberapa tahun yang lalu.

Serangan tersebut pada jum’at pagi hari diawali ketika seorang pembom bunuh diri menabrakkan kendaraannya ke sebuha pos pemeriksaan kompleks militer di el-Barth, sebelah barat daya kota Rafah. Diikuti dengan puluhan militan bertopeng menngunakan 24 SUV Land Cruiser, para militan melepasakan tembakan ke arah tentara yang sedang bertugas dengan senapan mesin.

Menurut pejabat yang tidak ingin deisebutkan identitasnya menyatakan bahwa serangan tersebut berlangsung selama setengah jam, dimana dipos tersebut terdapat sekitar 60 tentara yang bertugas. Ketika serangan mereda para militas menjarah isi pos pemeriksaan, merampas senjata dan amunisi sebelum melarikan diri. Sejumlah militan dilaporkan tewas dalam penyerangan  tersebut mengindikasikan adanya perlawanan dari tentara Mesir, dilokasi juga ditemukan beberapa kendaraan milik para militan yang ditinggalkan.

Diperkirakan ledakan bunuh diri pada saat awal penyerangan mematikan sistem komunikasi militer sehinnga memaksa seorang perwira menggunakan Aplikasi WhatsApp dengan merekam pesan audio untuk meminta bantuan kepada temannya, pesan itu kemudian menyebar di media sosial.

“ini mungkin detik terakhir dalam hidupku” suara lelaki dalam rekaman tersebut dengan nada tenang “cepat, siapa saja yang tahu bagaimana mencapai pusat komando beritahu mereka untuk menggunakan artileri, kita disini masih hidup” lalu terdengar suara memuji tuhan dan berakhir dengan mengatakan “kami akan membalasnya atau mati”.

Dua Pesawat Pembom AS Terbang Diatas Perairan Sengketa di Laut Cina Selatan

Pada hari jum’at (7/7) Angkatan Udara Amerika Serikat mengirim dua pesawat pembom melintasi wilayah yang disengketakan di atas perairan Laut China Selatan, Angkatan Udara Amerika menganggap wilayah tersebut sebagai wilayah internasional meskipun China mengklaim hampir seluruh jalur laut di Laut Cina Selatan.
Pesawat pembom Lancer B1-B (photos by Wikipedia)


Angkatan Udara Amerika mengirim dua pesawat pembom jenis Lancer B-1B yang terbang dari pangkalan militer AS di Guam pada hari Kamis. Kejadian itu terjadi sesaat sebelum pertemuan antara kedua pemimpin negara tersebut, Xi Jinping dan Donald Trump dijadwalkan melakukan pertemuan disela-sela pertemuan puncak G-20 di Jerman.

Kedua Presiden tersebut diperkirakan akan membahas peran China agar dapat mengendalikan Korea Utara yang sering melakukan provokasi dengan program pengembangan nuklir dan rudalnya. Korea Utara baru-baru ini berhasil meluncurkan rudal balistik antarbenua dan jatuh diperairan teritorial Jepang, para analis berpendapat uji coba terakhir tersebut, rudal diperkirakan dapat menjangkau Alaska atau Hawaii.

Disatu sisi Amerika meminta bantuan China untuk mengendalikan negara "nakal" Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya. Namun, di sisi lain Amerika Serikat melalui militernya tetap menegaskan mengenai hak “kebebasan navigasi” atau overflight di wilayah Laut Cina Selatan yang beresiko mempermalukan China.

Ketika ditanya mengenai penerbangan 2 bomber milik Amerika juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shueng menjawab bahwa tidak ada masalah dengan kebebaan navigasi atau Overflight diatas wilayah Laut Cina Timut dan Laut Cina Selatan.

“tapi China dengan tegas menentang setiap negara dengan menggunakan dalih tentang kebebasan navigasi dan  overflight dengan tujuan memamerkan kekuatan militer dan membahayakan kedaulatan an kemanan China”.

Dalam sebuah pernyataan singkat Kementerian Pertahanan China menjelaskan China selalu menjaga kewaspadaannya dan secara efektif memantau kegiatan militer negara-negara di sekitar China. “militer China dengan tegas menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta perdamaian dan stabilitas nasional” ungkapnya.

Amerika Serikat mengkritik pembangunan fasilitas militer China di terumbu karangdi Laut Cina Selatan dan pulau-pulau buatan diatas terumbu karang, Amerika khawatir fasilitas militer tersebut merupakan bagian dari militerisasi jalur laut yang juga merupakan jalur perdagangan internasional.

Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan juga memiliki klaim sengketa dengan China dimana diperairan tersebut merupakan jalur pelayaran perdagangan penting yang setiap tahunnya nilai perdagangan mencapai US$5 triliun.
AS Dan Korea Selatan Merespon Peluncuran Rudal Korea Utara Dengan Latihan Peluncuran Rudal

AS Dan Korea Selatan Merespon Peluncuran Rudal Korea Utara Dengan Latihan Peluncuran Rudal

Militer Amerika Serikat dan Korea Selatan langsung mengadakan latihan peluncuran rudal balistik setelah Korea Utara menguji coba rudal jarak jauhnya para analis percaya rudal yang ditembakkan tersebut dapat mencapai Alaska dan Hawaii, ini merupakan respon langsung AS dan Korea selatan terhadap peluncuran tersebut serta mengirim pesan kepada Pyongyang.
Latihan Peluncuran Rudal (Photo By CNN)
Militer kedua negara mengatakan “kesalahan besar” bagi Korea Utara untuk berpikir bahwa mereka dapat menyerang selatan dan Amerika.

China dan Rusia telah kedua belah pihak untuk menghentikan ketegangan di semenanjung Korea dan menegaskan bahwa mereka menentang upaya perubahan rezim di Korea Utara. Sementara itu presiden Donald Trump mempertanyakan komitmen Beijing untuk melawan ancaman nuklir Korea Utara dengan mengutip nilai angka perdagangan antar kedua negara pada kuartal pertama China tahun ini.

Dalam postingan media sosial twitternya Trump menyatakan “peradagangan antara Chna dan Korea Utara tumbuh hampir 40% pada kuartal pertama. Begitu banyak China bekerja dengan kita tapi kita harus mencobanya!!”

Peluncuran rudal tersebut merupakan tes terbaru dari serangkaian tes rudal yang dilakukan oleh Korea Utara, hal itu bertentangan dengan resolusi dewan keamanan PBB (DK PBB).
AS telah meminta sebuah pertemuan mendesak DK PBB untuk membahas masalah ini sesi tertutup dadakan pada hari Rabu diikuti oleh 15 anggotanya. 

Pyongyang mengklaim pada hari selasa bahwa mereka telah berhasil menguji rudal balistik antar benua (ICBM). Namun, sebagian ahli percaya bahwa Korea Utara belum memiliki kemampuan senjata nuklir jarak jauh.

Kedua Korea secara teknis masih dalam keadaan perang karena kedua Korea hany sepakat untuk memberlakukan gencatan senjata yang masih berlangsung hingga saat ini.

Dua Mayat Sandera Vietnam Yang Dipenggal Abu Sayyaf Ditemukan di Pulau Basilan

Mayat dua korban yang dikabarkan tewas dipenggal oleh kelompok Abu Sayyaf ditemukan di Pulau Basilan bagian selatan Filipina. Kedua pria tersebut diidentifikasi oleh pihak berwenang sebagai Hoang Trung Thong dan Hoang Va Hai, kedua jasad tersebut diyakini dua diantara enam awak kapal kargo yang disandera oleh kelompok tersebut pada November tahun lalu.

Dua Sandera Asal Kanada Sebelum Dieksekuasi, (photo by AAP)
Ketika itu sekitar 10 militan bersenjata menyerbu kapal MV Royal 16, Abu Sayyaf menculik kapten dan kru kapal. Mereka telah menyandera para kru selama 8 bulan sebelum dua orang dari mereka dieksekusi dengan cara dipenggal.

Satu sandera berhasil diselamtkan bulan lalu dan 3 lainnya tetap berada di tangan Abu Sayyaf, kelompok ini memang terkenal dengan jaringan terornya dan menyandera turis untuk dimintai tebusan jika permintaan mereka tidak dikabulkan mereka membunuh sandera dengan cara yang tidak manusiawi.

Abu Sayyaf dikenal sebagai kelompok militan sejak 1990an, sebelumnya kelompok ini mengaku bagian dari jaringan teror di Al-Qaeda lalu kemudian kelompok ini dibawah komando Isnilon Hapilon mendeklarasikan bergabung dengan ISIS dan menyatakan sumpah setianya kepada kekhalifahan Abu Bakar al-Baghdadi.

Bulan Februari, warga Jerman, Jurgen Kartner dipenggal karena tuntutan tebusan sebesar $600.000 tidak dipenuhi dan di 2015 dua sandera berkewarganegaraan kanada menemui nasib yang sama setelah tuntutan tebusan tidak bisa dipenuhi. Di 2011 seorang warga negara Australia, Warren Richard Rodwell ditangkap  oleh Abu Sayyaf, Richard disandera selama 15 bulan.

Para penculiknya kemudian membuat video bukti lalu mengirimkannya ke istri dan keluarganya dioa terlihat kurus dan lemah. “untuk keluarga saya, tolong lakukan apapun untuk mengumpulkan $ 2juta mereka meminta pembebasan saya sesegera mungkin” katanya dalam satu video.

Pria berusia 53 tahun itu akhirnya dilepas dengan biaya yang diperkirakan $100.000, Ia dilaporkan ditemukan dalam keadaan lemah dan kebingungan di sebuah kota pantai di Filipina selatan.

Mesir Akan Merakit T-90S di Dalam Negeri Bagian dari Kesepkatan Pembelian 500 Unit T-90S

Perusahaan pembuat tank asal Rusia Uralvagonzavod mengatakan akan membangun fasilitas perakitan tank untuk pembuatan Tank T-90S/SK dibawah lisensi untuk Mesir, hal itu terungkap dalam sebuah laporan tahun 2016 dan diterbitkan pada selasa (4/7) kemarin.

T-90, (Photo By Defence Blog)
Laporan tersebut menyatakan antara lain menjadi prioritas utama perusahaan bekerja di wilayah negara asing untuk membangun fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan yang sebelumnya telah dipasok, termasuk pelaksanaan proyek untuk menciptakan usaha patungan bersama kontraktor asing.

Kemungkinan proyek ini berkaitan dengan pembelian 500 unit tank T-90S untuk Mesir.

Salah satu ketentuan yang tercantum dalam laporan tersebut menyebutkan “pengerjaan proyek untuk usaha perakitan tank T-90S/SK dibawah lisensi dengan kontraktor 818” sebuah kode produksi yang diberikan kepada T-90S/SK untuk mesir berdasarkan standar negara Rusia.

Uralvagonzavod juga merencanakam untuk membangun fasilitas pemeliharaan dan perbaikan purnajual untuk tank T-90MS/MSK di Kuwait dan tank T-90S/SK di aljazair.

Perusahaan juga akan terus berupaya untuk memodernisasi produk pertahanannya, yangb sebelumnya dipasok ke Armenia dan Belarus. Perusahaan juga berencana ekspansi produknya ke pasar Afrika, termasuk perawatan dan peningkatan peralatan militernya di Ethiopia dan Angola.

Tahun ini Uralvagonzavod berencana untuk memodernisasi 1.000 tank T-72 India dengan melengkapi mesin diesel V-92S2 4 percepatan, 12 silinder tipe V, dengan supercharger gas turbin, pendingin cair dan tenaga 1.000 HP.

T90S adalah varian ekspor dari MBT generasi ketiga buatan Rusia T-90. Didukung fitur persenjataan yang kuat, sistem kontrol tembak yang modern, baja gabungan dan komposit armor serta manuver yang tinggi. Hal ini didukung dengan kemampuannya beroperasi di segaa cuaca, sepanjang waktu dan alam kondisi iklim apapun.

Turki Akan Membangun Kapal Induknya Secara Mandiri

Turki berkomitmen untuk membangun kapal induk buatan dalam negeri, hal itu dikatakan langsung oleh presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa Ankara akan berusaha untuk mandiri dalam industri pertahanannya dan tidak mengizinkan siapapun menghalangi kemandirian industri pertahanan dalam memenuhi kebutuhan militernya.
TCG Anadolu

Erdogan menekankan bahwa negaranya harus terus menigkatkan dan mengembangkan industri pertahanan secara mandiri, menurut Erdogan hal itu penting guna memperkuat ketahanan dan keamanan dalam negeri Turki.

Erdogan menjelaskan “Turki memiliki tujuan untuk mengakhiri ketergantungannya pada industri pertahanan asing pada tahun 2023”. Ia menambahkan bahwa Ankara cukup percaya diri serta bangga dengan kemampuannya dalam membangun kapal perang terutama kapal selam.

“kebijakan rencana kami harus didasarkan pada kepentingan dan peluang nasional, jika perlu kita berkorban waktu dan biaya yang lebih untuk mewujudkan tujuan ini”

Dikutip dari surat kabar harian Yeni Safak, Erdogan mengatakan “jika tidak melakukan ini selama 15 tahun terakhir, tidak akan bisa melakukan operasi lintas batas terhadap organisasi teroris karena embargo rahasia diterapkan atas negara kita. Semua perkembangan ini merupakan ungkapan komitmen kami terhadap solusi yang telah kami kembangkan dibidang maritim untuk melawan ancaman diwilayah negara kami”.

Turki setidaknya telah meluncurkan 14 proyek konstruksi kapal militer dan sepuluh lagi akan diluncurkan pada tahun-tahun mendatang, jelas Erdogan.

Pemimpin Turki tersebut juga memperingatkan bahwa negaranya tidak akan mentolerir upaya untuk menghalangi usaha pembangunan postur militernya.

Ini bukan kali pertama Erdogan berbicara mengenai ambisi Turki untuk membangun kapal induk, pada bulan Juni 2016, Erdogan mengatakan negaranya tidak memiliki hambatan untuk membangun kapal induk secara penuh didalam negeri dibawah pemerintahannya saat ini.

Erdogan menambahkam Turki akan siap untuk memulai pembangunan kapal perang setelah menyelesaikan kapal serbu amfibi TCG Anadolu yang direncanakan akan selesai 2021. Sebagai informasi tambahan Turki memiliki anggaran pertahanan sebesar $14,9 miliar pada 2016, anggaran tersebut masih jauh dibawah anggaran pertahanan Jerman yang mencapai $41,1 pada tahun yang sama.

Breaking News: Korut Kembali Menembakkan Rudal dan Jatuh Di Wilayah Perairan Jepang

Korea Utara kembali melakukan peluncuran tes terbarunya pada hari ini, Selasa (4/7), peluncuran terbaru ini merupakan serangkaian tes rudal yang dilakukan Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir dan meningkatkan eskalasi di wilayah semenanjung Korea tersebut.

Latihan Tentara Korut Menghancurkan Roket Tiruan Korsel(photo By Daily Mail)
Rudal tersebut jatuh di perairan Jepang, kemungkinan Rudal tersebut jatuh di sekitar pantai Takahiro Hirano. Militer Korea Selatan telah mengkonfirmasi tes rudal tersebut namun, tidak dijelaskan rudal jenis apa yang ditembakkan. Rudal tersebut diluncurkan dari Provinsi Pyong’an utara dan melintasi perairan timur Semenanjung Korea dan Jatuh Di Zona Ekonomi Ekslusif Jepang.

Meskipun ancaman terhadap sanksi yang diberikan AS akan meningkat justru Korea Utara semakin keras dan agresif dalam melakukan uji coba rudal serta nuklirnya. Ini merupakan uji coba rudal kesebelas Korea Utara selama setahun terakhir ini.

Korea Utara beberapa bulan terakhir meningkatkan latihan militernya dan menguji beberapa sistem rudalnya ditengah tekanan sanksi dan eskalasi yang meningkat.

Sehari sebelumnya, Pyongyang merilis rekaman Kim Jong Un sedang menyaksikan  latihan penghancuran roket tiruan Korea Selatan dan mengejek Korea Selatan selama latihan berlangsung. Kim Jong Un terlihat menyeringai saat pasukan khusus menggunakan granat untuk meledakkan rudal jelajah replika Hyunmoo-3.

Ketegangan meningkat antara Korea Utara dan AS mengenai program nuklir dan misilnya, AS bahkan mempertimbangkan untuk memasukan Korea Utara kembali dalam daftar negara sponsor terorisme.

Kapal Pengintai Angkatan Laut China Berlayar Memasuki Perairan Teritorial Jepang

Pada Hari Minggu (2/7) sumber dari Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan bahwa sebuah kapal pengintai milik Angkatan laut China memasuki wilayah teritorial Jepang utara tepatnya di barat daya Hokkaido pada hari minggu pagi.

Ilustrasi, Kapal Coast Guard Jepang
Kapal tersebut berlayar ke timur di Selat Tsuguru antara Hokkaido dan Prefektur Aomori saat memasuki perairan Jepang di barat daya di lepas pantai Kojima sekitar pukul 10.40 waktu setempat hal itu diketahui melalui pesawat patroli maritim bela diri Jepang.

Kemudian kapal meninggalkan perairan tersebut 90 menit kemudian setelah memasuki perairan Jepang dan menyeberangi selat menuju ke perairan samudera Pasifik.

Jepang tidak mengirim kapal Pasukan Bela Diri Maritim sebagai tanggapan atas insiden tersebut karena tindakan kapal China tersebut dianggap aman dibawah konvensi PBB tentang hukum laut.

Kementerian Luar Negeri Jepang menyampaikan keprihatinannya atas kejadian tersebut kepada kedutaan besar China di Tokyo, dengan mengatakan apakah gangguan teritorial tersebut berada dalam batas-batas aman. Kedutaan besar Jepang di Beijing melakukan tindakan yang sama ke Kementerian Luar Negeri China, Namun Jepang tidak mengirimkan nota protes.

Kementerian pertahanan mengatakan akan terus memantau pergerakan kapal China tersebut meskipun tidak melakukan manuver yang berbahaya.
Ini adalah kali ketiga kapal China mendekati wilayah teritorial Jepang. Insiden terakhir terjadi pada bulan Juni tahun lalu, sebuah kapal pengintai milik Angkatan Laut China berlayar dekatpulau-pulau dilepas pantai Kagoshima.

Pakai Ikat Kepala Merah Putih, 214 Orang Ini Berikrar Kembali ke NKRI

JawaPos.com - Pembacaan ikrar menjadi pertanda bagi 14 anggota Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Organisasi Papua Barat (OPM) bersama 200-an simpatisan TPN-OPM untuk menyerahkan diri dan menyatakan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pembacan Ikrar Setia Kepada NKRI

Pembacaan ikrar oleh perwakilan TPN-OPM, Yusko Kogoya dilakukan di hadapan Bupati Puncak Jaya, Henock Ibo, Danrem 173/PVB, Brigjen TNI I Nyoman Cantiasa, Dandim 1714/Puncak Jaya dan Kapolres Puncak Jaya di Distrik Tinginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Sabtu (1/7).

Dalam ikrarnya, 14 anggota TPN-OPM bersama 200-an simpatisannya menyatakan setia pada NKRI dan membela tanah air Indonesia serta mendukung Pancasila sebagai ideologi negara. Mereka juga menyatakan menolak kelompok anti pembangunan yang mengatasnamakan perjuangan kemerdekaan Papua dan menjadi musuh bersama, serta menghentikan aksi-aksi bersenjata dan siap mendukung pembangunan di wilayah Puncak Jaya.

“Bersedia mengajak seluruh saudara-saudara yang masih berada di hutan, agar segera turun dan kembali ke pangkuann NKRI dan meminta kepada aparat keamanan TNI dan Polri agar menjamin keamanan jika ada anggota TPN OPN yang kembali dan menyerahkan munisi atau senjata api dengan sukarela,” kata Yusko Kogoya dalam release yang diterima Cenderawasih Pos (Jawa Pos Group) dari Penerangan Kodam (Pendam) XVII/Cenderawasih, Minggu (2/7).

Danrem 173/PVB Brigjen TNI I Nyoman Cantiasa mengatakan 1 Juli merupakan sejarah  Kabupaten Puncak Jaya dengan turunnya anggota TPN-OPM bersama simpatisannya ke tengah-tengah masyarakat untuk bersatu membangun Puncak Jaya. Danrem Cantiasa mengharapkan, anggota TPN-OPM dan simpatisannya yang sudah menyatakan diri kembali ke pangkuan NKRI, bisa meminta rekan-rekannya di gunung agar dapat turun dan kembali bergabung dengan masyarakat untuk bersama-sama membangun.


“TNI menjamin keamanan mereka. Selanjutnya kami akan melaksanakan pembinaan teritorial sesuai perintah Panglima TNI, Kasad dan Pangdam untuk segera laksanakan serbuan teritorial dengan membantu kesulitan masyarakat,” jelasnya.

Selain menyerahkan diri untuk kembali ke pangkuan NKRI, Cantiasa menyebutkan juga akan diserahkan satu pucuk senjata api laras panjang jenis AK 47 dan bendera Youdan mirip bendera Bintang Kejora.

Sementara itu, Bupati Puncak Jaya, Henock Ibo mengatakan peningkatan dan pembangunan infrastruktur di Distrik Tingginambut dapat terlihat dari kembalinya kelompok masyarakat untuk bersama membangun dalam wadah NKRI. “Terbukti tak sedikit anggota, massa dan simpatisan TPN-OPM telah bergabung dan mendukung pembangunan,” ungkapnya.

Bupati Henock Ibo menyebutkan sejak tahun 2009, sebanyak kurang lebih 100 warga yang menyatakan kembali ke pangkuan NKRI telah direkrut menjadi aparat kampung. Selanjutnya pada tahun 2013, 100 orang yang bergabung ke NKRI, sudah ada yang menjadi security dan anggota Satpol PP Kabupaten Puncak Jaya.

“Pada tahun 2015, tepatnya pada peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-70 sebanyak 120 anggota TPN-OPM kembali ke pangkuan NKRI. Dengan kembalinya saudara-saudara kita ini ke pangkuan NKRI, maka semua stakeholder di Puncak Jaya menjaga agar mereka yang telah menyatakan diri, tak terpengaruh oleh paham menyimpang radikalisme, sehingga dapat membuat mereka kembali terjerumus,” tegasnya.

Source: jawapos.com

Kapal Perusak Rudal Amerika Berlayar di Dekat Pulau Yang di Klaim China di LCS

Dua Perwira Pertahanan Amerika Serikat mengatakan kepada kantor berita Fox News bahwa Amerika melalui Pentagon mengirim kapal perang milik Angkatan Laut AS untuk berlayar di dekat sebuah Pulau sengketa yang di klaim oleh China di Laut Cina Selatan. Ini merupakan kali kedua kapal perang AL Amerika melintasi daerah sengketa di Laut Cina Selatan di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Peta Wilayah Sengketa Di LCS
Kapal yang dikirim adalah jenis kapal perusak rudal, berbasis di Jepang, USS Stethem. Kapal tersebut berlayar 12 mil laut dari pulau Triton, bagian dari kepulauan Paracel di Laut Cina Selatan dan terletak diantara China dan Vietnam.

Pulau tersebut diduduki olleh China, namun Vietnam dan Taiwan juga mengklaim kepemilikan Pulau tersebut. Saat menjalani pelayaran pada hari Minggu, destroyer milik AS tersebut terus diawasi oleh kapal perang milik China.

12 mil laut adalah batas teritorial suatu negara di hitung dari garis pantai, kapal perang Amerika yang berlayar dibatas tersebut jelas mengirim sebuah sinyal kepada Beijing bahwa Amerika tidak mengakui klaim China atas wilayah tersebut.

Sepertinya langkah tersebut diambil oleh pemerintahan Donald Trump yang mulai kehilangan kesabaran terhadap China akibat pembangunan terus menerus instalasi militer di Laut Cina Selatan dimana wilayah tersebut masih dalam sengketa negara-negara disekitarnya. AS tampaknya frustasi dengan kegagalan membujuk Beijing untuk menghentikan program nuklir dan rudal Korea Utara.

Terakhir Kapal Perang AS lego jangkar di perairan tersebut pada bulan Oktober tahun lalu pada saat pemerintahan presiden Barack Obama.
Pentagon menyebut pelayaran tersebut sebagai bagian dari Operasi “Kebebasan Navigasi” atau FONOPS (Freedom Of Navigation Operation) untuk menentang klaim China terhadap pulau tersebut.

Letnan Komandan Matt Knight, Juru Bicara militer AS di Pasifik tidak memberikan konfirmasi operasi tersebut namun dai mengatakan “kami melakukan FONOPS secara rutin dan reguler, seperti yang telah kami lakukan dimasa lalu dan akan terus berlanjut di masa depan”.

Pada akhir Mei, kapal perusak rudal milik AS, USS Dewey berlayar sekitar 6 mil dari salah satu pulau buatan milik China di Laut Cina Selatan. Kapal perang Amerika melakukan latihan “Man-Overboard” di lepas pantai Mischief Reef sekaligus mengirim pesan kepada Beijing bahwa Washington tidak mengakui klaim China atas pulau buatan di Laut China Selatan. China telah membangun 7 pulau buatan diatas terumbu karang dan sekarang telah berubah menjadi pulau. Tiga pulau terdapat landasan pacu dan dan benteng militer.

Pada hari Jum’at citra satelit yang di terbitkan oleh Asia Maritime Transperancy Initiative (AMTI) bagian dari Center Of Strategic and International Studies (CSIS) sebuah lembaga Think Thank berbasis di Washington menunjukkan fasilitas militer baru telah terpasang meliputu radar, tempat penyimpanan rudal dan perlengkapan militer lainnya.
Qatar Menolak Tuntutan Negara Teluk dan Siap Menerima Konsekuensi Aksi Militer

Qatar Menolak Tuntutan Negara Teluk dan Siap Menerima Konsekuensi Aksi Militer

Pemerintah Qatar pada hari Sabtu (1/7) mengatakan pihaknya tidak takut akan adanya aksi militer karena menolak memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh 4 negara teluk yang melakukan isolasi terhadap Qatar. 4 negara Teluk mengajukan daftar tuntutan kepada Qatar untuk mengakhiri krisis diplomatik di negara kaya minyak dan gas tersebut, 4 negara tersebut memberi tenggat waktu hingga hari Senin (3/7) untuk memenuhi tuntutan 4 negara teluk.

peta Posisi Qatar Di Teluk Arab (Photos By NBC)
Dalam sebuah kunjungannya ke Roma, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani kembali menengaskan menolak tuntutan 4 negara Teluk dan menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Qatar.

Sheikh Al-Thani menjelaskan bahwa setiap negara bebas untuk mengemukakkan keluhannya kepada Qatar, jika memiliki bukti, namun dalam konflik semacam itu haruslah melalui negoisasi bukan malah justru memaksakan kehendak dengan sebuah ultimatum.

Dalam sebuah konferensi pers di Italia Sheikh Al-Thani menegaskan bahwa Qatar memiliki kedaulatan, dan negara-negara teluk tidak seharusnya mengontrol kebijakan dalam dan Luar Negeri Qatar. “kami percaya bahwa dunia diatur oleh sebuah undang-undang Internasional, dimana tidak memperbolehkan negara-negara besar menggertak negara-negara kecil, tidak ada yang punya hak untuk mengajukan sebuah ultimatum terhadap negara yang berdaulat”.

Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar bulan lalu karena dianggap mendukung gerakan teror di kawasan teluk. Keempat negara memutuskan hubungan diplomatik serta menutup jalur darat, laut dan udara.

Mereka mengajukan 13 butir daftar tuntutan jika ingin memulihkan hubungan dengan 4 negara dan mengakhiri blokade. Diantara 13 butir daftar tuntutan tersebut antara lain, membatasi hubungan diplomatik dengan Iran, memutuskan hubungan dengan kelompok Ikhwanul Muslimin dan menutup jaringan berita Al Jazeera yang berpusat di Doha, Qatar.

Mereka menuduh Qatar mendukung kelompok teror regional, namun tuduhan tersebut dibantah oleh Qatar.
 Al- Thani menolak tuntutan tersebut dan mengatakan Qatar tidak pernah bermaksud untuk menerima tuntutan tersebut. “tidak ada ketakutan dari tindakan apaun yang akan diambil, Qatar telah siap konsekuensi apapun, tapi seperti yang telah saya katakan ada hukum internasional yang tidak boleh dilanggar dan ada batas yang tidak boleh dilampaui”

Sementara di Roma Al-Thani mengadakan pertemuan dengan menteri Luar Negeri Italia Angelino Alfonso, dan mendukung upaya mediasi yang dipimpin oleh Kuwait dan mendesak negara-negara yang terlibat untuk “menjauhkan diri dari tindakan lebih lanjut yang dapat memperburuk situasi”.
Al-Thani menambahkan dia berharap Italia dapat terus mengkonsolidasikan kehadiran mereka di Qatar.