Apakah Korea Utara Menggunakan Satelit China Untuk Missil berpandu-nya?

Saat Korea Utara menembakkan banyak rudal dalam upayanya  membangun dan menguji roket untuk mencapai daratan AS, satu isu yang paling diabaikan yaitu satelit. Satelit adalah komponen penting yang digunakan untuk mengarahkan senjata tersebut ke sasaran mereka.
Pyongyang tidak memiliki jaringan navigasi satelit, lalu muncul spekulasi jika roket Korea Utara memiliki sistem berpandu seperti penggunaan satelit maka apakah China memfasilitasi penggunaan satelit?
Sementara informasi mengenai program militer di Korea Utara sulit untuk di pastikan, kembali pada sebuah laporan yang diterbitkan pada 2014 mengungkapkan bahwa para insinyur Korea Utara berada di China untuk pelatihan teknologi mengenai bagaimana sistem navigasi satelit negara yang dikenal dengan Beidou atau Kompas.
Kemudian pada tahun yang sama, sebuah laporan,media lain mengutip seorang pakar militer China yang mengatakan bahwa China tidak dapat menghentikan Korea Utara menggunakan Beidou dalam operasi militer.

Selain Beidou, pilihan navigasi satelit utama lainnya untuk Korea Utara adlah Global Positioning System di Amerika Serikat dan sistem Rusia yang dikenal dengan nama Glonass.
“sementara saya tidak akan mengesampingkan kemungkinan aplikasi Glonass untuk sistem roket dan rudal Korea Utara, Beidou terlihat seperti solusi yang lebih masuk akal untuk Korea Utara” kata Yu Koizumi, seorang peneliti di Japan Institute For Future Engineering, dalam sebuah Email.
Rusia memberlakukan embargo transfer senjata dan teknologi yang berhubungan dengan militer terhadapa Korea Utara setelah tes nuklirnya di tahun 2000an, walaupun tidak jelas apakah peralatan terkait Glonass disertakan, kata Koizumi, pakar kebijakan keamanan Rusia.
Peluncuran satelit Beidou dimulai pada tahun 1994 dan telah mengakibatkan China menerapkan sistem di Asia Timur dan sekitarnya mirip dengan GPS. Seperti GPS, Beidou mendukung dua jenis layanan satu untuk penggunaan sipil dan komersil dan lainnya untuk militer.
Ketika 59 rudal Tomahawk yang diluncurkan dari kapal perusak Angkatan Laut AS dan menyerang sasaran di Suriah pada awal april mereka mungkin dipandu ketarget oleh GPS, walaupun Tomahawk juga dilengkapi dengan sistem panduan lainnya.
Jepang yang memiliki varian GPS sendiri yang pada akhirnya akan melibatkan 7 satelit di orbit diatas Jepang dan wilayah sekitarnya, sekarang berusaha mendapatkan rudal Tomahawk atau mengembangkan versi mereka sendiri.
Meskipun belum di konfirmasi bahwa versi militer Beidou sedang digunakan oleh militer Korea Utara, nampaknya pertanyaan bahwa versi spil akan di gunakan pada amunisi berpanduan presisi (PGM) yang telah disembunyikan oleh Pyongyang pada rudal mobile dan peluncur roket.
Versi sipil Beidou akan rentan terhadap jamming elektronik dari AS, Jepang Dan Korea Selatan dan hal itu tidak akan bisa diterima oleh militer Pyongyang jika terjadi konflik.
“Korea Utara membutuhkan chip khusus, dan mungkin kerjasama dengan China, untuk menggunakan sinyal non-publik Chian yang lebih tepat” kata Gregori Kulacki, analis senior dan manajer proyek Chian untuk program keamanan global dari Union Of Concerned Scientists.
Selama parade militer 15 April di Pyongyang, sebuah sistem peluncuran KN-09 300 mm Multiple Launch Rocket System (MLRS) yang telah diupgrade, yang memiliki jarak tempuh 200 km. Menurut James Lewis, wakil presiden senior di pusat studi strategis dan internasional di Washington D.C, layak dilakukan KN-09 menggunakan sinyal Beidou dan Glonass hibrida untuk meningkatkan kehandalan dan ketepatannya.
Korut juga bisa menggunakan pemetaan medan dan kemampuan lain yang lebih canggih, seperti panduan inersia yang dipasang diatas rudal medium dan jarak jauh.
Namun kemungkinan besar pyongyang menggunakan Beidou untuk memastikan yang ditujukan kepada tentara AS di Asia mencapai sasaran mereka juga niatan mereka untuk membangun rudal yang dapat mencapai daratan AS.
Hal ini membuat washington harus meminta klarifikasi dari Beijing mengenai akses Korut terhadap  Beidou. Dan kekhawatiran bertambah setelah China berencama untuk menambah setidaknya 30 satelit Beidou baru pada 2020 akan semakin menambah kemampuan dan keakuratannya.
Perluasan ini mencakup pembangunan puluhan stasiun pemantauan di dalam negeri China dan juga negara lain.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »