Pihak militer Rusia pada Jum’at (16/6) kemarin
mengeluarkan pernyataan bahwa kemungkinan militernya telah berhasil membunuh
Khalifah Islamic State, Abu Bakr al-Baghdadi dalam sebuah serangan udara
Angkatan Udara Rusia di sebuah gurun diluar ibukota Raqqa.
Serangan tersebut terjadi bulan lalu tanggal 28 mei
disebuah gurun diluar Raqqa, ketika itu informasi yang diterima Angkatan Udara
Rusia mengetahui pertemuan para pejabat Negara Islam, setelah mengetahui akan
adanya pertemuan tersebut dilakukanlah serangan Udara. Pihak Angkatan Udara
Rusia menduga Abu Bakr al-Baghdadi ikut terbunuh dalam serangan tersebut.
Namun pihak Amerika tidak bisa menguatkan pernyataan
yang dikeluarkan oleh militer Rusia tersebut. Pihak barat dan Irak skeptis
dengan kematian pemimpin negara islam yang mengangkat dirinya pada 2014 lalu di
Mosul.
Pemimpin Negara Islam tersebut telah berulang kali
dilaporkan meninggal hingga terluka namun klaim tersebut tidak disertai adanya
bukti yang faktual sehingga kematian al-Baghdadi tidak diakui.
Seorang pejabat pertahanan AS mengkonfirmasi bahwa
benar Angkatan Udara Rusia sangat aktif melakukan serangan udara di wilayah
selatan Raqqa yang di klaim oleh pihak militer Rusia tempat terbunuhnya
al-Baghdadi.
Tidak ada kabar tentang keberadaan ataupun aktivitas
al-Baghdadi setelah terakhir pemimpin IS itu mengeluarkan sebuah pernyataan
melalui rekaman audio kepada para pejuang di Mosul untuk tetap teguh menghadapi
serangan pasukan Irak yang didukung AS untuk merebut Mosul.
Menteri Luar negeri Rusia pun Sergey Lavrov belum
mendapat konfirmasi 100 persen terhadap klaim tersebut kalim tersebut masih
membutuhkan bukti yang faktual yang bisa menguatkan klaim tersebut.
Jika kematian al-Baghdadi benar adanya maka ini akan
menjadi pukulan bagi IS yang sedang mengalami penyusutan wilayah akibat
serangan gencar pasukan koalisi dan Rusia untuk merebut kembali wilayah yang
dikuasai oleh para militan IS.
Rusia masuk Suriah pada tahun 2015 ketika itu Rusia
mengirimkan pesawat kargo dalam misi kemanusiaan namun kemudian Rusia secara
terang-terangan membantu kekuatan militer Suriah dalam memerangi Islamic State
agar kelompok tersebut tidak mendapat simpati dari muslim Rusia khususnya di
selatan Rusia, chechnya.
Diyakini Rusia memiliki jaringan intelijen yang kuat
didalam tubuh IS sendiri dengan memanfaatkan muslim Chechnya dan Georgia untuk
masuk kedalam kelompok tersebut.