Pihak militer Filipina mengakui pada hari jum’at
(2/6) telah kehilangan 2 kendaraan lapis baja mereka di medan perang Marawi. Kedua
kenderaan lapis baja tersebut berhasil dilumpuhkan oleh militan Maute di Kota
Marawi.
“dua kendaraan lapis baja kami hancur dilapangan dan
mereka menguasai wilayah tersebut” begitu pernyataan Letnan Kolonel Jo-Ar
Herrera yang juga merupakan juru bicara militer krisis Marawi.
Sebelumnya militan Maute telah merilis sebuah video propaganda yang menunjukkan bahwa kelompok tersebut meledakkan kendaraan lapis baja jenis V150 berpeluncur roket (RPG). Di dalam video tersebut juga menampilkan mayat yang berada di dalam kendaraan. Herrera tidak memberi pernyataan apakah mayat tersebut merupakan tentara Filipina.
“video tersebut tidak menggambarkan situasi sebenarnya dilapangan” lanjut herrera.
Sebelumnya militan Maute telah merilis sebuah video propaganda yang menunjukkan bahwa kelompok tersebut meledakkan kendaraan lapis baja jenis V150 berpeluncur roket (RPG). Di dalam video tersebut juga menampilkan mayat yang berada di dalam kendaraan. Herrera tidak memberi pernyataan apakah mayat tersebut merupakan tentara Filipina.
“video tersebut tidak menggambarkan situasi sebenarnya dilapangan” lanjut herrera.
Sementara pihak militer tidak bisa memenuhi batas
waktu yang dibuat sendiri untuk mengakhiri pendudukan militan Maute, militer
Filipina menargetkan dapat meredam pemberontakan pada 2 juni atau jum’at
kemarin.
Namunpihak militer mengatakan bahwa sebagian besar wilayah
Marawi telah berada dibawah kendali militer Filipina.
Pihak militer menyatakan Isnilon Hapilon bertanggung
jawab atas serangan di Marawi. Herrera mengatakan saat ini Isnilon masih berada
di zona tempur di Kota Marawi, dia yang memerintahkan pasukannya untuk
bertahan.
Kelompok Maute saat ini dalam posisi defensif dan
menempati posisi strategis di kota untuk menangkis serangan tentara pemerintah.
laporan terakhir dari pemerintah menerangkan 120 teroris tewas, dari pihak filipina 36 tentara gugur, kemudian 18 sipil tewas dalam serangan berdarah tersebut yang dimulai dari 23 Mei.
laporan terakhir dari pemerintah menerangkan 120 teroris tewas, dari pihak filipina 36 tentara gugur, kemudian 18 sipil tewas dalam serangan berdarah tersebut yang dimulai dari 23 Mei.